Rabu, 07 Juli 2010

CIRI – CIRI SURURIYYUN INDONESIA MENGELABUI UMAT ATAS NAMA DA’WAH SALAFIYYAH

bismillah

artikel ini semoga bermamfaat untuk penuntut ILMU yang ingin mengenal manhaj salaf yang MURNI,dan mengetahui [erbedaan dari orang2 hizbiyyun yang mengatas namakan da'wah salafiyyah.

1. berlemah lembut dengan AHLU BID'AH dan orang hizbiyyun

catatan : terkadang mereka membuat pengkaburan ( membuat bingung ) biasanya mereka bertanya kepada orang yang mengambil sikap BARA terhadap ahlu bid'ah atau hibzi " hati hati akh jangan sembarangan antum memvonis AHLU BID'AH atau HIZBI sudah antum nasehatkan blom ?" fulan ini bertanya yang membuat bingung ?

padahal orang tersebut sudah jelas - jelas AHLU BID'AH dan HIZBIYYUN tapi orang2 sururiyyun " mendorong supaya TA'ARUF dalam rangka menasehati " padahal orang tersebut dalam keadaan LABIL kurang kokoh pada akhirnya orang tersebut menjadi HIZBI karena dorongan orang2 sururiyyun untuk menasehati AHLU BID'AH itu.

Telah berkata Abu Al-Jauzaa’ – dimana ia
merupakan salah seorang ulama besar dari kalangan tabi’in – : لأن
يجاورني قردة وخنازير أحب إليّ من أن يجاورني أحد منهم – يعني : أصحاب
الأهواء – . “Sungguh,… seandainya aku bertetangga dengan
monyet-monyet dan babi-babi itu lebih aku sukai dibanding aku
…bertetangga dengan mereka – yaitu para pengekor hawa nafsu – “
[Al-Laalikaai no. 231, dengan sanad laa ba’sa bihi].

hambal bin ishaq berkata : saya mendengar abu abdillah (IMAM AHMAD) berkata : ” tidak pantas seseorang itu bersikap ramah kepada ahlu bid’ah dan duduk bergaul dengan mereka”.(AL ibanah 2/475 nomor 495)

maka jelas kita di LARANG bergaul dengan orang2 HIZBI dan AHLU BID’AH

2.da’wah tasawwul ( mengemis atas nama da’wah ) dengan membuat yayasan da’wah

banyak di antara mereka membuat yayasan da’wah,biasanye untuk mencari dana membangun masjid atau kebutuhan2 da’wah dan kebutuhan hidup seorang dai mereka.

Hukum mendirikan yayasan dan organisasi untuk dakwah

Soal :

Apa hukum mendirikan yayasan atau organisasi untuk menyebarkan da`wah salafiyyah? karena di negeri kami kalau yayasan atau organisasi ini tidak berdiri maka kebanyakan orang tidak tertarik kepadanya bahkan mereka menuduhnya sebagai da`wah yang sesat. Maka sebagian da`i mendirikannya untuk kesinambungan da`wah ini. Jazakumullahu Khairan.

Jawab :

Saya katakan kepadamu wahai saudaraku ajarkanlah pelajaran di masjid dan tetaplah di dalamnya walaupun sendiri. Barangsiapa yang datang kepadamu di atas kebaikan dan sunnah dan walaupun hanya sepuluh orang bersamamu dan kamu ajari mereka kitab dan sunnah maka engkau dianggap sebagai da`i yang beruntung dan berhasil.

Demi Allah sepuluh orang yang datang kepadamu dan kamu mengajari kitab Allah dan sunnah Rasulullah shallallahu `alaihi wa aalihi wa sallam kepada mereka dan mereka keluar sebagai ulama dan da`i maka sesungguhnya engkau beruntung. Tinggalkanlah keinginan mencari pengikut yang banyak dan mengumpulkan pengikut dari sana dan sini dengan alasan orang awwam berkata demikian mereka menginginkan demikian dan mereka menyukai demikian.

Wahai saudaraku, orang-orang awwam sangat butuh pengarahan untuk diri mereka sendiri bukanlah mereka yang mengarahkanmu dan menguasaimu, sebaliknya kamulah yang harus menjelaskan kepada mereka bahwa belajar agama di masjid adalah lebih utama. Dan bahwasanya kita salafiyyun tidak butuh terhadap organisasi, karena organisasi ini tidaklah mendatangkan sesuatu bagi manusia kecuali percekcokan, penyakit, perpecahan dan perselisihan serta menyempitkan dada.

Rasulullah Shallalahu `alaihi wa aalihi wa sallam bersabda:

«من أحدث فى أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد»

“Barangsiapa yang mengada-ada dalam perkara agama kami ini maka yang ia bukan bagian darinya maka ia tertolak” (Hadist Aisyah Radiyallahu `anha Riwayat Al-Bukahri (2697) dan Muslim (1718))

Demi Allah ketetapan dan kondisi perkara ini di zaman Rasulullah shallallahu `alaihi wa aalihi wa sallam sudah ada. Ustman bin Affan radhiyallahu `anhu dia adalah golongan hartawan, Abdurrahman bin `Auf radhiyallahu `anhu ia adalah golongan hartawan dan Abu Thalhah setelah itu menjadi golongan hartawan juga dan sejumlah hartawan dari shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di sisi mereka ada Ashaabus Suffah. Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi shodaqoh maka beliau mengirimkan shodaqoh itu kepada mereka sebagaimana riwayat dari Abu Hurairah (diriwatkan Al-Bukhari 6452) dan jika beliau diberi hadiah maka beliau mengambil sebagiannya kemudian beliau memberikan kepada mereka dan beliau tidak berkata “Berkumpullah kalian dan buatlah kotak infaq atau organisasi untuk Ashabus Suffah dan yang semisal dengan Ashabus Suffah”. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika didatangi tamu maka beliau mengirim tamu itu kepada keluarga-keluarga beliau, maka beliau tidak mendapatkan sesuatu kecuali air. Setiap istri beliau berkata, “Demi Allah kami tidak memiliki sesuatu keculai air,” maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Siapa yang hendak menjamu tamu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?” maka dibawalah dia oleh salah seorang shahabat beliau dan ia diberi makan makanan anak kecil. (Hadist tersebut di dalam As-Shahihain dari hadist Abu Hurairah, Al-Bukhari 4889 dan Muslim 2094)

Janganlah salah satu di antara kalian merasa gentar dan takut untuk mengatakan kebenaran. Demi Allah organisasi-organisasi ini tidaklah datang dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saya katakan ini dengan terus terang!! Ia tidaklah datang kecuali dari orang-orang yang menganggap baik dalam agama mereka. Mereka tidak memiliki syara’ yang benar yang mereka jalani di dalam agama mereka. Karena itu mereka mendatangkan sesuatu dari mereka sendiri untuk mereka jalani seperti Jam’iyyah Yunus, organisasi ini, organisasi itu. Adapun kita, maka agama kita adalah agama rahmah dan agama kita adalah agama yang benar, memberi hak pada setiap yang berhak mendapatkannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

«الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا»

“Seorang mukmin dan mukmin yang lain ibarat bangunan. Yang mana sebagiannya mengokohkan sebagian yang lain.” (Hadits Abu Musa Al Asy’ari, Bukhari 481 dan Muslim 2585)

«مثل الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ»

“Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam menyayangi dan mencintai sesama mereka seperti satu jasad.” (Muttafaqun ‘alaihi dari hadits Nu’man bin Basyir)

Sedangkan agama kita adalah agama yang mensyariatkan zakat, sedekah, dan berbuat baik kepada orang tua dan memberi hak tetangga, hak persaudaraan dan memuliakan tamu, maka kita tidak butuh terhadap organisasi semacam ini. Kita berjalan di atas jalan salaf kita –rahimahumullah-.

(Al As’ilah Al Indonisiah, 25 Jumadi Tsaniyah 1424 H)

Fatwa Dari Al Allamah Al Imam Asy-Syaikh Yahya Al Hajury Hafidhohulloh

Hati-Hati Terhadap Jam’iyyat

Soal :

Berkaitan dengan perkara pondok, terkadang kami sangat membutuhkan dana dan sangat sulit bagi kami untuk mengumpulkannya. Sementara tidak ada donatur tetap yang menopang dakwah kita dengan kesadaran pribadinya. Apakah boleh bagi kami untuk memberi semangat manusia untuk berinfak dan kita mengambil sebagian harta dari mereka tanpa batasan tertentu dengan tujuan ini?

Jawab :

Mereka boleh menganjurkan berbuat kebajikan berupa sedekah, atau infak pada khutbah umum, sebagaimana yang telah diperbuat oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam ketika datang orang-orang fakir kepada beliau. Maka Nabi Shalallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam menganjurkan para shahabat ridhwanullah ‘alaihim, untuk bersedekah kepada mereka.

Tetapi awas! Hati-hati jangan sampai kalian mendirikan yayasan (jam’iyah) atau kotak-kotak sumbangan seperti yang dilakukan oleh hizbiyyin. Jauhilah perkara ini!

(Al As’ilah Malaiziah)

Fatwa Dari Al Allamah Al Imam Asy-Syaikh Yahya Al Hajury Hafidhohulloh

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
بادروا بالأعمال فتنا كقطع الليل المظلم يصبح الرجل مؤمنا ويمسي كافرا أويمسي مؤمنا ويصبح كافرا يبيع دينه بعرض من الدنيا قليل.
“Bergegaslah untuk beramal ketika menghadapi fitnah, yang fitnah itu seperti sebagian malam yang gelap yang seseorang itu beriman pada pagi hari dan menjadi kafir di sore harinya, atau seseorang itu beriman di sore hari lalu menjadi kafir di pagi harinya. Dia menjual agamanya dengan harta benda dunia yang sedikit). (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

3. mereka dalam menuntut ILMU mencari gelar lebih AFDHOL menurut mereka seperti gelar – gelar muhdats DR,LC.MA

MANA YANG LEBIH PENTING, ILMU ATAU IJAZAH ?

Syaikh Muqbil Bin Hady Al Wadi’i ditanya :

Apa sebab yang menjadikan kebanyakan dari kaum muslimin lebih mengutamakan ijazah dari pada ilmu yang bermanfaat dan apa sebab berpalingnya mereka dari ilmu ini ?

Beliau menjawab :.

Sebabnya adalah sebagaimana yang Allah beritakan dalam tanzilnya :

إِنَّ هَؤُلَاءِ يُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ وَيَذَرُونَ وَرَاءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيلًا
“Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat).” (QS. Al-Insan : 27)
Inilah sebabnya, dan Allah subhanahu wa ta’ala telah memperingatkan dari sifat ini sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala :

فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا, ذَلِكَ مَبْلَغُهُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اهْتَدَى

“Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Najm : 29-30)

Adapun kita, Alhamdulillah. Allah telah memberi kenikmatan untuk mempelajari sunnah Rasulullah Sholallahu alaihi wassallam dan juga kitabullah ‘aza wa jala serta ilmu yang bermanfaat yang tidak memberi madhorot “bahaya”. Dan aku katakan, di sana banyak orang yaitu para ulama yang kurang peduli dalam penyebaran ilmu ini , banyak dari ulama yang tidak duduk di masjid-masjid, dan dalam perkara ini, mereka memiliki kekurangan, maksudnya hendaknya mereka itu bergabung ikut andil dalam masalah ini .
Padahal ijazah itu sendiri tidak memberi manfaat kepada seorang muslim dan bahkan terkadang tidak bermanfaat untuk agamanya dan juga dunianya, Adapun Alqur’an sungguh telah memberi manfaat kepadanya (seorang muslim) sebagaimana sabda Nabi Sholallahu alaihi wassallam :

من قراء القران و عمل به البس تاجا ضوءه احسن من ضوء الشمس يوم القيمةو يكسى والديه حلتبه لا تقوم لها الدنيا فيقولان : بما كسينا هذا ؟فيقال : باخذ ولدكما القران

Artinya : “Barangsiapa yang membaca Alqur’an dan mengamalkannya di pakaikanlah kepadanya mahkota yang sinarnya lebih bagus dari sinar matahari di hari kiamat kelak dan kedua orangtuanya di pakaikan kepada mereka sutra yang tidak ada di dunia ,mereka berkata, dengan amalan apa sampai kami di beri pakaian ini ? di katakan kepada mereka dengan amalan anakmu terhadap Al qur’an” (Al-Hadits).

Alhamdulillah, telah banyak orang yang menerima Alqur’an dan ilmu yang bermanfaat ini , adapun ijazah-ijazah itu telah menelantarkan banyak dari para pemuda yang sebenarnya mereka memiliki kecerdasan serta pemahaman yang kuat. Mereka mampu menghafal Alqur’an dalam waktu lima, tujuh bulan ataupun setahun , akan tetapi mereka “hilang” dengan sebab ijazah. Dan kebanyakan dari para pemuda tidak mengambil faidah dari ilmu dunia ataupun akhirat (yang mereka kejar) terkadang ada seseorang yang sudah duduk di SMP atau SMA dalam keadaan mereka tidak bisa membaca dengan baik :

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

Kemudian kebanyakan dari ahlul ilmi mereka tidak menunaikan kewajiban mereka untuk mengajar di masjid masjid. Dan (akhirnya) anak-anak kaum muslimin pergi ke sekolah-sekolah, seandainya saja para ulama tersebut menunaikan kewajiban mereka, yaitu mengajar di masjid-masjid, tentunya kebanyakan dari sekolah-sekolah akan menghilang (bubar). Kita berdoa kepada Allah agar para ulama muslimin di beri taufik untuk perkara yang demikian itu ,sesungguhnya Allah sangat mampu terhadap segala sesuatu..

Dinukil Dari : Ijabatus Sa’il karya Syaikh Muqbil bin Hady Al-Wadi’iy

Diterjemahkan oleh : Abu Nu’aim Fandy

dalam perkara ini terkadang mereka menuntut ILMU universitas2 seperti AL AZHAR yang notabene MARKAS BESAR IHKWANUL MUSLIMUN.

demi mengejar gelar LC,mereka tidak peduli lagi kepada siapakah menuntut ilmu ( AHLU BID’AH )