Rabu, 01 September 2010

DILEMA TARBIYATUN NISA & SOLUSINYA

Penulis :
Abu Turob Saif Bin Hadhor Al Jawi


DARUL HADITS

DAMMAJ
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله ومن والاه أما بعد :

Melihat perkara belajar dan mengajar para wanita salafiyah yang penuh problema, maka pada kesempatan ini ana ingin memaparkan sekilas tentang bagaimana para wanita salafus sholih mencari ilmu, agar menjadi patokan kita dalam meniti manhaj yang mulia ini dari segala sisi.
| Menetap di rumah tho’at karena Alloh ta’ala .
Alloh berfirman:
+وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآَتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَه_ [الأحزاب : 33]
“Dan hendaklah kalian(wahai para wanita) tetap di rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan tegakkanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Alloh dan Rasul-Nya[QS Al Ahzab 33].
Pada asalnya wanita telah Alloh tetapkan akan kedudukan mereka dikalangan masyarakat yaitu menetap dirumah, karena dengan tinggalnya para wanita di rumah masing-masing, baik bersama suami atau orang tua dan walinya akan mendatangkan kebaikan duniawi dan ukhrowi, dari sisi duniawi sudah kita maklumi bersama betapa pekerjaan rumah yang begitu banyak terkadang tidak ada yang bisa menyelesaikannya dengan rapi dan sempurna kecuali oleh wanita dan kehidupan keluarga lebih tertata dan mapan, dan faedah lainnya, adapun dari sisi ukhrowi maka seperti apa yang di sebutkan didalam ayat diatas, dari terjaganya dari gangguan dan perkara yang merusak dia, dan menegakkan sholat, menunaikan zakat, mento’ati Alloh dan rosulNya, dan faedah kedua inilah yang lebih diutamakan, dan tidaklah bisa mendapatkan karunia bersabar tinggal dirumah dengan penuh keto’atan kepada Alloh dan rosulNya, kecuali mereka yang diberi taufiqNya subhaanah.
Oleh karena itu kita dapatkan betapa banyak para salafiyat yang telah memahami dan barangkali telah mengajarkan tafsir ayat diatas, akan tetapi ketika tiba saatnya untuk mempraktekkannya, menemui kegagalan atau banyak mendapatkan hambatan dan rintangan, baik dari luar (orang lain) atau dari diri sendiri yang barangkali telah begitu banyak menelan syubhat sebelum dia diberi hidayah.
Sehingga ketika terbentur dengan suatu problematika yang tidak dia bayangkan sebelumnya, syubhat yang mulai meluntur dari benaknya kembali mencuat dan mencokol lagi kepermukaan.
Oleh karena itu tidak ada jalan lain bagi mereka kecuali dengan banyak memohon kekuatan kesabaran kepada Alloh, agar tidak tergoyahkan oleh badai yang begitu besar, dikarenakan kondisi dunia di akhir zaman yang tidak mendukung keto’atan.
Dari situ bisa kita lihat prosentase antara yang tegar dan yang meluntur, dan tentunya minoritas yang tegar merupakan sosok yang sangat asing disisi kebanyakan, yang menunjukkan atas kebenaran apa yang diucapkan oleh rosululloh > ;

” إن الإسلام بدأ غريبا وسيعود غريبا كما بدأ” [رواه مسلم ( 146 ) عن ابن عمر t]
“Sesungguhnya Islam itu bermula dalam keadaan asing dan akan kembali asing seperti semula.” [HSR Muslim 146 ]dalam suatu lafadh ada ambahan : Maka beruntunglah orang-orang yang asing.
Untuk kaum Adam saja sudah asing, apalagi untuk kaum Hawa, tentu lebih asing, karena merekalah yang sedang menjadi incaran utama musuh Islam dalam rangka menghancurkan Islam dari dalam, dimana kalau sudah rusak dan hancur tulang punggung pendidik putra-putri mereka, maka hancurlah umat secara menyeluruh.
Maka perintah Alloh, agar wanita tetap tinggal dirumah, merupakan hikmah (kebijakan) yang tidak boleh diremehkan sama sekali, karena dengan mengamalkan aturan Alloh ini secara otomatis telah menjaga keutuhan keluarga, dan masyarakat dari berbagai ketimpangan yang ditimbulkan oleh keluarnya wanita dari rumahnya, juga sebagai benteng untuk tidak masuknya serangan musuh Islam kedalam barisan mereka.
Dari pembukaan diatas maka kami ingin menyajikan kepada pembaca bahwa dengan tinggalnya para wanita dirumahnya tidaklah sebagai pengekangan mereka, dan penghalang atas mereka untuk mendapatkan ilmu dien ini, (sebagai bantahan terhadap syubhat orang yang memustahilkan perkara ini dan sebagai solusi pengganti TN dan yang semisalnya ) .
Bahkan dengan keto’atan mereka untuk tetap tinggal dirumahnya lillah ,akan menghasilkan ilmu yang berbarokah, bagaimana tidak berbarokah, bukankah ini merupakan :
1- Ketoatan kepada Alloh dan rosulNya, dan sudah sama-sama kita yaqini akan keberuntungan to’at kepada Alloh dan rosulNya.
2- Mencontoh generasi terbaik pada umat ini, yang merupakan tolak ukur ketiga akan keabsahan suatu perkara, dan bukankah mencontoh generasi terbaik merupakan kebaikan yang sangat terpuji.
Berkata Alloh subhaanahu wa ta`aala:

?وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا * وَإِذًا لَآَتَيْنَاهُمْ مِنْ لَدُنَّا أَجْرًا عَظِيمًا * وَلَهَدَيْنَاهُمْ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا * وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا * ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ عَلِيمًا? [النساء/66-70]
Kalau seandainya mereka mengerjakan apa yang menjadi perintah tentu berakibat baik bagi mereka, dan sangat membuat ketetapan yang mantap,dan niscaya akan Kami beri mereka dari sisi Kami pahala yang besar, dan akan kami tunjuki mereka jalan yang lurus.
Dan barang siapa yang thoat kepada Alloh dan rosul maka mereka bersama orang-orang yang diberi nikmat dari para nabi dan shiddiqien, syuhada dan orang-orang sholih, dan sungguh mereka adalah sebaik-baik teman , itu adalah keutamaan dari Alloh, dan cukuplah Alloh Yang ‘Aliim,(Yang Maha Mengetahui) [QS An-Nisa 66-70)]

Berikut Ini kami sebutkan beberapa metode dan tatacara salafiyah dalam menimba ilmu.
| metode pertama: Menimba Ilmu Dien Dari Dalam Rumah Penuh Barokah.
Maka perkataan Alloh I +وقرن في بيوتكن_(dan tinggallah kalian wahai wanita dirumah-rumah kalian) menunjukkan akan kebaikan perbuatan ini, karena itu adalah perintah Alloh, dan tentunya Alloh I telah menjamin bahwa apabila wanita mempraktekkan ayat diatas, Dia akan memenuhi segala kebutuhan wanita tersebut, baik kebutuhan duniawi atau ukrowi, kebutuhan jasmani ataupun rohani, kebutuhan yang nampak ataupun yang tersembunyi, begitu pula dalam masalah kebutuhan ilmu, maka Alloh akan mencukupinya dan membuka jalan baginya walaupun dia tetap menetap dirumahnya,.
Lebih-lebih karena Alloh telah memerintahkan mereka dalam mencari ilmu untuk tetap dirumahnya dengan firmanNya.:
+ وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَى فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آَيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا_ [الأحزاب/34]
Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumah kalian dari ayat-ayat Alloh dan Hikmah (sunnah nabi ShallAllohu ‘alaihi wa sallam). Sesungguhnya Alloh adalah”Lathif”(Maha Lembut) lagi “Khobir” (Maha Mengetahu)”. (Al-Ahzaab: 34).
Berkata As-Sa’di -rohimahulloh- :
وأمرهن بذكره، يشمل ذكر لفظه، بتلاوته، وذكر معناه، بتدبره والتفكر فيه، واستخراج أحكامه وحكمه، وذكر العمل به وتأويله. [تفسير السعدي (ج 1 / ص 663)]
Alloh memerintahkan mereka untuk mengingatNya, ini mencakup dzikir dengan melafadhkannya yakni membacanya juga mencakup mengingat maknanya yaitu dengan mentadabburi dan memikirkan maknanya dan mengeluarkan istimbath (kesimpulan) hukum dan hikmahnya, juga mencakup ingat dengan mengamalkannya dan mempraktekkannya.[ Taisir Karimir Rohman]
Berkata Syaikhul Islam – rohimahulloh -:
التلاوة والتزكية عامة لجميع المؤمنين فتلاوة الآيات يحصل بها العلم فإن الآيات هي العلامات والدلالات فاذا سمعوها دلتهم على المطلوب من تصديق الرسول فيما أخبر والإقرار بوجوب
طاعته [النبوات (ج 1 / ص 172)]
Bacaan dan pensucian dalam ayat tersebut umum sifatnya untuk seluruh kaum mu’minin, maka membaca ayat-ayat pada (ayat diatas) menghasilkan dan membuahkan ilmu, karena ayat artinya tanda dan petunjuk, maka apabila mereka mendengar ayat-ayat tersebut maka ayat-ayat tersebut telah mengarahkannya kepada perkara yang di harapkan (yaitu ilmu) dari sisi membenarkan rosul > pada apa yang beliau kabarkan, dan mengikrarkan kewajiban mento’atinya,[ An - Nubuwwat ]
Ketahuilah bahwa apa yang di baca di rumah para istri nabi > adalah Alqur’an dan sunnah saja tidak ada yang lainnya, yang menunjukkan bahwa nereka mengambil ilmu dari Rosululloh > berupa Al-Qur’an dan As-Sunnah di rumah-rumah mereka tanpa keluar rumah, dan perbuatan mereka adalah sebagai suri tauladan bagi semua mukminat, karena ayat setelahnya menunjukkan akan keumuman perkara ini.
Demikian pula ucapan nabi > :”وبيوتهن خير لهن” :” Dan rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka”. menunjukkan atas hal diatas, walaupun pada asalnya ucapan ini diperuntukkan mereka yang ingin menunaikan sholat di masjid, akan tetapi bisa dibawa ke perkara yang lebih umum dari itu, karena kata-kata “خير” dalam bahasa Arob pada posisi ini adalah isim tafdhil, yaitu yang lebih dari sekedar baik, dari situ kita bisa garis atasi bahwa kebaikan yang ada bagi perempuan yang menetap dirumahnya, mencakup kebaikan duniawi dan ukhrowi, kebaikan lahiriyah dan batiniah, kebaikan dalam sisi maknawi dan hissi, dan diantaranya adalah kebaikan menimba ilmu didalam rumah juga kebaikan dalam mengajarkan ilmu tersebut bagi mereka.
Disebutkan dalam kitab Fatawa Lajnah Daimah(12/145):
في “فتاوى اللجنة الدائمة” (12/ 145) ما نصه: مسلمة طلب منها أن تخرج لتعليم الفقه والتجويد وعلوم القرآن في المسجد، فقالت: إن الدعوة في البيت مع عدد قليل أولى وأفضل من الخروج إلى المسجد والدعوة إلى عدد كبير، والحجة في ذلك: أن هذا الأمر لم تفعله المسلمات الأوائل، ولم يأمرهن رسول الله صلى الله عليه وسلم بذلك، مع حاجة المسلمات إلى ذلك، وترك هذا الأمر إلى الرجال؛ لأنهم أقدر على ذلك، وليس خروجهم فتنة. هل هذا القول صحيح؟ أيهما أفضل: الدعوة والتعليم في البيت لعدد قليل أم الخروج إلى المسجد؟
الجواب: جعلك ذلك التعليم في البيت أفضل؛ لأنه أسلم وأبعد من الفتن، وأوفق لما كان عليه السلف.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم.
اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء
عضو نائب رئيس اللجنة الرئيس
عبد الله بن غديان عبد الرزاق عفيفي عبد العزيز بن عبد الله بن باز
Ada seorang muslimah diminta keluar rumah untuk mengisi ta’lim materi Fiqh, Tajwid, dan Ilmu AlQur’an di masjid, maka dia mengatakan : sesungguhnya berdakwah di rumah walaupun dengan jumlah sedikit lebih utama dan lebih baik daripada keluar kemasjid dan dakwah dengan jumlah yang besar, alasannya adalah karena perkara ini tidak pernah dilakukan oleh para muslimat terdahulu (salafiyat as sholihaat), dan juga karena Nabi > tidak menyuruh mereka untuk melakukannya, padahal kaum muslimat memiliki kebutuhan ilmu juga, dan rosululloh > memasrahkan perkara ini kepada laki-laki, karena mereka lebih mampu untuk menunaikannya, demikian juga karena keluarnya para laki-laki tidak menimbulkan fitnah, apakah perkataan ini benar?? Mana yang lebih utama dakwah dan mengajar dirumah (bagi perempuan) dengan jumlah sedikit ataukah keluar ke masjid??
Jawaban: Engkau menjadikan ta’limmu dirumah lebih afdhol(utama), karena lebis selamat dan lebih jauh dari fitnah, dan lebih mencocoki apa yang ada di zaman salaf.
Itu semua menunjukkan bahwa dengan tinggalnya para mukminat dirumah tidak menjadi penghalang untuk mendapatkan ilmu dien dan mengajarkannya, bahkan akan mendapatkan ilmu yang berbarokah apabila memohon kepada Alloh untuk dibukakan pintu ilmuNya, lihat hasil didikan rosululloh > di dalam rumah beliau, semua istri-istri beliau adalah sumber ilmu Islam dalam segala bidang, terutama ‘Aisyah rodhiallohu ‘anha, yang telah menularkan ilmu yang sangat banyak terhadap umat ini, yang banyak dari laki-laki tidak mampu menunaikannya.
| Demikian pula para shohabat nabi > dalam mendidik keluarga mereka, terutama para wanita dari dalam rumah masing-masing.
عن عوف بن مالك أنه قال: بينما نحن جلوس عند رسول الله صلى الله عليه و سلم ذات يوم فنظر في السماء ثم قال: هذا أوان العلم أن يرفع، فقال له رجل من الأنصار يقال له زياد بن لبيد : أيرفع العلم يا رسول الله وفينا كتاب الله وقد علمناه أبناءنا ونساءنا ؟؟ فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم: ان كنت لأظنك من افقه أهل المدينة ثم ذكر ضلالة أهل الكتابين وعندهما ما عندهما من كتاب الله عز و جل . [رواه أحمد ( ج6 ص26) وهوفي الصحيح المسند :473]
Dari ‘Auf bin Malik t ketika suatu hari kami duduk-duduk bersama rosululloh > tiba-tiba beliau mendongakkan kepalanya ke langit sembari mengatakan : “Tibalah satnya terangkatnya ilmu”, Maka salah seorang dari kaum Anshor bernama Ziad bin Lubaid menyela: Apakah ilmu ini akan terangkat wahai rosululloh, bukankah ada kitab Alloh disisi kita yang telah kita ajarkan kepada putra-putri kita?? Rosululloh > pun mejawab : Aku kira engkau orang yang paling pintar dikalangan Anshor wahai Lubaid, kemudia Rosululloh > menyebutkan kesesatan Ahlul Kitabain (Yahudi dan Nasroni), bukankah mereka memiliki kitabulloh ‘Azza wa Jalla,. [HSR Ahmad ,terdapat di Shohih Musnad]
| Demikian pula para tabi’in, mereka mendidik putri-putrinya di rumah mereka, lihatlah Putri Sayyid Tabi’in Sa’id bin Musayyab :
عن ابن أبي وداعة قال: كنت أجالس سعيد بن المسيب، ففقدني أياما، فلما جئته قال: أين كنت ؟ قلت: توفيت أهلي فاشتغلت بها، فقال: ألا أخبرتنا فشهدناها، ثم قال: هل استحدثت امرأة ؟ فقلت: يرحمك الله، ومن يزوجني وما أملك إلا درهمين أو ثلاثة ؟ قال: أنا. فقلت: وتفعل ؟ قال: نعم، ثم تحمد، وصلى على النبي صلى الله عليه وسلم، وزوجني على درهمين – أو قال: ثلاثة – فقمت وما أدري ما أصنع من الفرح، فصرت إلى منزلي وجعلت أتفكر فيمن أستدين. فصليت المغرب، ورجعت إلى منزلي، وكنت وحدي صائما، فقدمت عشائي أفطر، وكان خبزا وزيتا، فإذا بابي يقرع، فقلت: من هذا ؟ فقال: سعيد. فأفكرت في كل من اسمه سعيد إلا ابن المسيب، فإنه لم ير أربعين سنة إلا بين بيته والمسجد، فخرجت، فإذا سعيد، فظننت أنه قد بدا له، فقلت: يا أبا محمد ألا أرسلت إلي فأتيك ؟ قال: لا، أنت أحق أن تؤتى، إنك كنت رجلا عزبا فتزوجت، فكرهت أن تبيت الليلة وحدك، وهذه امرأتك. فإذا هي قائمة من خلفه في طوله، ثم أخذ بيدها فدفعها في الباب، ورد الباب. فسقطت المرأة من الحياء، فاستوثقت من الباب، ثم وضعت القصعة في ظل السراج لكي لا تراه، ثم صعدت إلى السطح فرميت الجيران، فجاؤوني فقالوا: ما شأنك ؟ فأخبرتهم. ونزلوا إليها، وبلغ أمي، فجاءت وقالت: وجهي من وجهك حرام إن مسستها قبل أن أصلحها إلى ثلاثة أيام، فأقمت ثلاثا، ثم دخلت بها، فإذا هي من أجمل الناس، وأحفظ الناس لكتاب الله، وأعلمهم بسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم، وأعرفهم بحق زوج. فمكثت شهرا لا آتي سعيد بن المسيب. ثم أتيته وهو في حلقته، فسلمت، فرد علي السلام ولم يكلمني حتى تقوض المجلس، فلما لم يبق غيري قال: ما حال ذلك الانسان ؟ قلت: خير يا أبا محمد، على ما يحب الصديق، ويكره العدو. قال: إن رابك شئ، فالعصا. فانصرفت إلى منزلي، فوجه إلي بعشرين ألف درهم . [سير أعلام النبلاء (4 / 234) وإسناده صحيح]
Dar Ibnu Abi Wada’ah(namanya Katsir) berkata : Aku selalu bermajlis dengan Sa’id bin Al-Musayyab, maka pada beberapa hari beliau kehilangan diriku, setelah aku kembali ke majlisnya beliau bertanya: Kemana saja engkau selama ini?? aku jawab : Istriku meninggal dunia, sehingga aku tersibukkan dengan sebab itu! beliau menyela: Kenapa engkau tidak memberitahu kami agar turut menyaksikan jenazahnya? kemudia beliau mengatakan : Apakah engkau telah mendapatkan perempuan lain sebagai gantinya? kukatakan : Semoga Alloh merahmatimu, siapa yang mau menikahkan anak perempuannya kepadaku? aku tidak memiliki uang kecuali dua dirham atau tiga dirham! langsung saja Sa’id mengatakan :” Aku !” , Maka aku terbengong sambil mengatakan : Mungkinkah itu akan engkau lakukan?? beliau menjawab: “Iya.”
Lantas beliau bertahmid dan membaca sholawat atas nabi > dan menikahkanku dengan mahar dua dirham, atau tiga dirham, maka aku berdiri nggak tahu apa yang akan aku perbuat karena sangat bahagianya, kemudian akupun pulang kerumahku sambil berfikir kepada siapa aku akan meminjam uang.
Maka aku tunaikan sholat Maghrib, setelah itu aku pulang waktu itu aku sedang puasa, aku keluarkan makanan buka puasaku yaitu sepotong roti dengan minyak, tiba-tiba pintu rumahku diketok dari luar, kukatakan:” Siapa diluar”? Dia menjawab: “Sa’id”, maka aku mengingat-ingat semua yang bernama Sa’id, tidak ada yang lain kecuali Sa’id bin Al-Musayyab, karena beliau tidak pernah kelihatan selama empat puluh tahun kecuali diantara rumah beliau dan masjid, akupun segera keluar, ternyata benar kudapatkan Sa’id, aku mengira ada sesuatu yang menimpa beliau , maka aku katakan :Wahai Abu Muhammad, kenapa engau tidak mengutus orang lain untuk memanggilku? beliau jawab: Tidak, Engkau lebih berhak untuk didatangi, karena engkau seorang bujangan dan aku telah nikahkanmu dengan putriku, maka aku tidak ingin kalau engkau bermalam sendirian malam ini, dan inilah istrimu.”
Ternyata dia berdiri dibelakang Sa’id, tak kelihatan karena terhalangi badan Sa’id yang tinggi, lantas beliau mengambil tangannya dan didorongnya kepintu dan langsung menutupnya, maka serta merta perempuan tadi terjatuh karena malu, lantas dia berpegangan daun pintu, kemudian aku letakkan piring makanan buka puasaku di bayangan kegelapan lampu agar dia tidak melihatnya(makananku), lantas aku naik keloteng sembari memanggil tetangga-tetanggaku, maka merekapun berdatangan serenta sambil bertanya-tanya keheranan : Ada apa gerangan? maka aku kabarkan kepada mereka, maka merekapun turun menemuinya, dan sampailah berita itu kepada ibuku, langsung beliau datang sambil berkata: Wajahku ini dari wajahmu harom kalau kamu sampai menyentuhnya , sebelum aku rias dia sampai tiga hari! maka akupun menunggu tiga hari, kemudian setelah lewat tiga hari, akupun menemuinya dan ternyata dia itu kudapatkan wanita tercantik dan yag paling hafal kitabulloh, dan yang paling pandai dengan sunnah nabi > dan orang yang paling mengetahui akan hak suami.
Maka tinggallah aku bersamanya sebulan penuh tidak menghadiri majlis Sa’id bin Al-Musayyab, kemudian aku menghadirinya dan beliau sedang berada di halaqohnya, aku ucapkan salam kepada beliau dan beliau menjawabnya, tanpa mengajakku bicara sampai usai majlis, sehingga ketika tak ada seorangpun dari hadirin kecuali diriku beliau berkata : Bagaimana keadaan orang itu (maksudnya adalah putrinya)? aku jawab : sangat baik wahai Abu Muhammad, sebagaimana baiknya seorang kekasih kepada kekasihnya, dan membuat bencinya musuh. Beliau berkata : Apabila ada yang membuat kegundahanmu maka pakailah tongkat (alat pemukul).
Setelah itu akupun pulang kerumah, ternyata beliau telah mengirimiku duapuluh ribu dirham.[lihat : Siar 'Alam An-Nubala 4/234 dan sanadnya shohih]
| Contoh lainnya, tabi’iyah Hafshoh binti Sirin – rohimahalloh- berkata Imam Adzahabi – rohimahulloh- : Dia itu Faqihah Al Anshoriyah:
عن إياس بن معاوية، قال: ما أدركت أحدا أفضله عليها. وقال: قرأت القرآن وهي بنت ثنتي عشرة سنة، وعاشت سبعين سنة،وقال مهدي بن ميمون: مكثت حفصة بنت سيرين ثلاثين سنة لا تخرج من مصلاها إلا لقائلة أو قضاء حاجة.[ سير أعلام النبلاء - (4 / 507)]
Dari Iyas bin Mu’awiyah – rohimahuloh- berkata: Aku tidak mendapati orang yang lebih aku utamakan dari Hafshoh binti Sirin, beliau telah menghafal Al-Qur’an ketika umurnya dua belas tahun, dan hidup tujuh puluh tahun.
Berkata Mahdi bin Maimun : Hafshoh binti Sirin menetap ditempat sholatnya selama tigapuluh tahun, dan tidak keluar sama sekali kecuali untuk istirahat (qoilulah) atau membuang hajat. [lihat : Siar 'Alam An-Nubala 4/507]
| Dan diantara yang mungkin bisa kita jadikan contoh atas keberhasilan pendidikan didalam rumah adalah apa yang dilakukan oleh dua Imam zaman sekarang, Imam Al-Albani dan Imam Al-Wadi’i – rohimahumalloh- dimana keduanya telah berhasil menjadikan pendidikan didalam rumah dalam menanamkan ilmu kepada putrid-putri keduanya, mereka berdua tidak memasukkan putri-putri mereka ke madrosah atau pondok khusus putri dan yang semisalnya, akan tetapi mereka mencurahkan perhatian penuh untuk kebaikan putri-putri mereka yang merupakan tanaman subur yang menghasilkan buah ranum yang akan mereka petik diakherat.
Begitu pula para putri salafiyat yang lainnya mereka terdidik dari rumah orang tua masing-masing yang membuahkan barokah ilmu dan amal.
Dan orang tua (baik bapak ataupun ibu) yang mencurahkan waktu mereka untuk mendidik langsung putra-putri mereka adalah orang paling berhak memetik buah hasil sahamnya dalam hadits:
عن أبي هريرة t : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال:” إذا مات الإنسان انقطع عنه عمله إلا من ثلاثة إلا من صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له” [رواه مسلم ( 1631 )]
Dari Abi Huroiroh -rodhiallohu ‘anhu- bahwa rosululloh > bersabda:” Apabila seorang manusia meninggal terputuslah darinya seluruh amalannya, kecuali tiga perkara: Shodaqoh Jariyah, atau Ilmu yang diambil manfaat dengannya, atau Anak Sholih yang selalu mendoakannya.” [ HSR Muslim 1631]
Dengan penjabaran diatas secara tidak langsung pendirian Tarbiyatun Nisa model Indonesiyin merupakan penyeru untuk berseberangan dengan asal muasal seorang wanita muslimah menetap dirumahnya (dengan bahasa yang lebih pedas : menentang dalil), karena dengan berdirinya TN tersebut seolah-olah terlontar perkataan para pengelola TN walaupun secara lisanul hal:
” Pergilah engkau wahai salafiyat ke TN karena TN lebih baik dari rumahmu.
” Tinggalkanlah rumahmu wahai salafiyat, karena kalau engkau tetap menetap dirumahmu tak akan mendapatkan ilmu, tak akan bisa menghafal Al Qur’an, tak dapat jodoh orang sholih (salafi), tak akan terjaga manhajmu dst.
” Masuklah kalian ke TN kami, karena TN milik kami bisa mengatur para muslimat untuk menjadi salafiyat .
” Daftarkanlah diri kalian ke TN karena TN bisa menyelesaikan problematika rumah kalian.
Ingatlah wahai saudaraku!!
Perkaranya bukanlah sekedar baik dan cocok secara naluri dan keumuman manusia, serta besar dan kecilnya faedah dan manfaatnya, akan tetapi masalahnya adalah pertanggungan jawaban kita dihadapan Alloh atas amalan kita, karena Alloh tidak melihat banyak dan sedikitnya amal kita akan tetapi :
? إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا? [الكهف/7]
“Sesungguhnya Kami jadikan apa-apa yang diatas bumi sebagai hiasan untuknya untuk Kami uji siapa diantara mereka yang baik amalannya”.
+ثُمَّ جَعَلْنَاكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ مِنْ بَعْدِهِمْ لِنَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ_ [يونس : 14]
” Kemudian kami jadikan diantara kalian saling berganti generasi untuk kami lihat bagaimana kalian berbuat” [QS Yunus : 14]
Kata-kata Alloh : ” كيف”"Bagaimana” menunjukkan atas keabsahan dan kebenaran serta keikhlasan perbuatan kita, bukan sekedar besar dan kecilnya, sebagaimana keterangan nabi >:
عن أبي هريرة t قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم:” إن الله لا ينظر إلى صوركم وأموالكم ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم” [ رواه مسلم ( 2564 )]
Dari Abi Huroiroh t berkata: bersabda Rosululloh > : Sesungguhnya Alloh tidak melihat kepada postur tubuh kalian, tidak pula kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati-hati kalian dan perbuatan kalian.” [HSR Muslim :2564]
Dari situ, hendaknya bagi semua salafiyat untuk melihat kembali sejauh mana keterikatan dia terhadap syariat yang agung ini terutama dalam masalah menetap dirumah baik dalam mencari ilmu atau mengajarkannya.
Terlebih bagi mereka yang telah mampu menyampaikan ilmu kepada saudarinya, lebih ditekankan untuk tinggal dirumahnya karena merekalah yang menjadi contoh suritauladan dan seharusnya menjadi orang pertama dalam mengamalkan syari’at yang agung ini, bukan malah menjadi penyeru untuk keluarnya muslimat dari rumah mereka untuk pergi ke TNnya.
Dan bagi yang ingin mempraktekkan syariat yang mulia ini hendaknya banyak memohon kekuatan kepada Alloh I , dan selalu mengingat bahwa perbuatan yang kalian lakukan ini adalah ibadah besar, yang harus selalu dilandasi keikhlasan dan ittiba’, dan yang menilai perbuatan kalian adalah Alloh, serta hanya mengharapkan wajahNya semata, tak ada sedikitpun urusan dunia mencampuri perkara ini.
Wahai Saudariku yang berada dirumah karena keto’atan kalian kepadaNya :
* Biarkan mereka yang diluar rumah mendapatkan segudang pangkat dan jabatan, kalian tidak usah merasa sedih dan rendah diri karena yang akan kalian dapatkan adalah keridhoanNya.
| Biarkan mereka mendapatkan beribu pujian dan sanjungan dan acungan jempol makhluq yang bakal mati, adapun pujian kalian adalah dari Dzat Yang Tetap Hidup dan tak akan mati.
* Biarkan mereka yang diluar rumah memperoleh dunia fana, bukankah yang ingin kalian raih adalah sorgaNya??.
* Biarkan mereka yang melanglang buana melihat keindahan alam dunia, bukankah yang kalian harapkan adalah melihat wajahNya dan meni`mati keindahan sorgaNya??.
* Biarkan mereka yang diluar rumah memiliki seribu teman dan kenalan, bukankah penghuni sorga yang hendak berkenalan dengan kalian telah menunggu dan menanti menyambut kedatangan kalian ??
| Biarkan mereka yang diluar rumah menghitung keuntungan dan kerugian dunia, adapun kalian dirumah sibuk menghitung tasbih,tahmid, takbir, tahlil, dzikir dan ayat-ayat Al-Qur’an yang sedang dan telah kalian hafal, serta kalian sibuk menghitung kesalahan dan dosa untuk segera diistighfari semua itu kalian kerjakan untuk mencapai keberuntungan hakiki.
* Tidak usah sedih dan merana dengan kekurangan sarana dan prasarana kalian dirumah, karena itu semua akan kalian tinggalkan tak bemakna, tak akan dibawa menemani kalian di sana, yang menjadi pendamping kalian adalah keto’atan kalian kepada Rob kalian.
| Tidak perlu kalian merasa hina dan rendah diri ketika menghadapi bualan ahli dunia dan janji gombal mereka, karena janji dan ketetapan Rob kalian lebih pasti dan tak terkhianati, dan ingat bahwa kalian berada jauh diatas mereka , kenapa tidak , bukankah:
1- Kalian mengenal Alloh dengan benar, sementara mereka tidak mengenalNya dengan benar.
2- Kalian meyakini janji Alloh sementara mereka tidak begitu yakin.
3-Kalian memohon Alloh sorgaNya, sementara mereka memohon dunia.
4- Kalian diatas tuntunan Rosululloh > , sementara mereka diatas tuntunan manusia biasa bahkan mungkin diatas tuntunan syaithon.
5- Kalian mensuritauladani para wanita sholihat dan penghuni sorga sementara mereka mencontoh wanita-wanita karier dunia yang banyak dosanya.
Problematika dan Solusinya.
Kalau ada yang bertanya : Lantas kepada siapa wanita salafiyah belajarnya kalau tetap menetap dirumah, bukankah kita disuruh mengambil ilmu dari ahlinya, sementara kebanyakan keluarga mereka bukan ahli ilmu, bahkan tidak jarang diantara mereka penentang ilmu dan syari’at yang benar, bahkan mungkin diantara mereka ada yang sampai melakukan tindak kekerasan terhadap akhwat yang istiqomah kalau tetap di rumah??
Tanggapan: Dalam masalah diatas ada beberapa point.
| Point pertama : Belajar kepada siapa??
Adapun kepada siapa mereka harus belajar kalau tetap dirumah, maka jawabannya dari beberapa sisi:
Sisi pertama: Hendaknya para akhwat menguatkan dan memantapkan pendekatan diri mereka kepada ” العليم ” Al-’Aliim” Dzat Yang Maha Mengetahui”, karena Dialah yang memiliki semua imu, dan Dia juga yang akan membagi kepada yang berhak mendapat bagian, dan Alloh telah menyuruh kita untuk mengharap ilmu dan tambahan ilmu kepadaNya, Alloh berfirman menyuruh Rosululloh > :
+ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا_ [طه : 114]
Dan katakanlah : “Ya Rob, tambahilah aku ilmu.” [QS : Thoha 114]
Dan juga Rosululloh > mengajari kita untuk memohon ilmu kepada Alloh ilmu yang bermanfaat dengan sabdanya:
عن جابر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم سلوا الله علما نافعا وتعوذوا بالله من علم لا ينفع . [رواه ابن ماجة (ج 8 / ص 343 )تحقيق الألباني :وقال حسن ، وانظر الصحيحة ( 1511 )]
Dari Jabir t berkata : bersabda Rosululloh > : Mintalah kepada Alloh ilmu yang bermanfaat, dan berlindunglah kepada Alloh dari ilmu yang tidak bermanfaat.[ HSR Ibnu Majah lihat As- Shohihah :1511]
Dan Rosululloh > sendiri memraktekannya dalam doa beliau:
عن أم سلمة أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يقول إذا صلى الصبح حين يسلم اللهم إني أسألك علما نافعا ورزقا طيبا وعملا متقبلا .[ صحيح ابن ماجة - (ج 1 / ص 67)]
Dari Umi Salamah bahwa Nabi > apabila selesai sholat Shubuh sehabis salam mengatakan : Ya Alloh , sesungguhnya aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat dan rejeki yang baik, serta amalan yang diterima. [HSR Ibnu Majah dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani]
Dengan kesungguhan kita memohon ilmu kepada Alloh merupakan bentuk tawakkal kita kepadaNya, dan merupakan pengamalan keyakinan kita akan kebenaran nama Alloh ” العليم ” “Al-’Alim”
Dan pasti Alloh akan mengkabulkan doa kita apabila Alloh melihat kesungguhan kita dalam berdoa dan memohon kepadaNya, karena Alloh telah menjanjikannya dengan firmanNya:
+وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُم_ [غافر : 60]
“Dan berkata Rob kalian : Berdoalah kalian kepadaKu niscaya Aku mengkabulkannya untuk kalian.”[QS Ghofir 60]
Lebih-lebih yang kita minta adalah sesuatu yang sangat mulia dan yang sangat Alloh cintai, tentu harapan terkabulnya doa kita sangatlah besar.
Insya Alloh dengan modal satu ini akan terbuka banyak jalan untuk tercapainya harapan kita, dan Alloh lebih mengetahui dari sisi mana akan Ia datangkan ilmu itu kepada kita.
Maka jangan sampai lupa akan doa-doa memohon ilmu seperti doa diatas, diwaktu waktu-waktu mustajab, seperti habis sholat, dipertiga malam terakhir, menjelang Maghrib pada hari Jum’at, dll.
Sisi kedua: Meminta diajari oleh wali-walinya apabila mereka memiliki dan mampu mengajarinya (keluarga ustadz) seperti ayah dan ibunya, suaminya, kakak atau adiknya baik laki-laki atau perempuan, dan tidak perlu merasa malu belajar kepada yang lebih kecil atau muda selama mereka memiliki yang tidak kita miliki.
Kalau itu bisa terpraktekkan maka sungguh kehidupan ilmiyah dalam keluarga yang penuh barokah dan kesejukkan jiwa yang tiada tara sebagaimana kehidupan para salaf.
Diantara contoh salaf dalam mendidik anak-anak mereka dari rumah adalah sebagai berikut :
عن ابن أبي عتيق قال تحدثت أنا والقاسم عند عائشة رضي الله عنها حديثا وكان القاسم رجلا لحانة وكان لأم ولد فقالت له عائشة : مالك لا تحدث كما يتحدث ابن أخي هذا ؟ أما إني قد علمت من أين أتيت هذا أدبته أمه وأنت أدبتك أمك قال فغضب القاسم وأضب عليها فلما رأى مائدة عائشة قد أتي بها قام قالت أين ؟ قال أصلى قالت اجلس قال إني أصلي قالت اجلس غدر إني سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول لا صلاة بحضرة الطعام ولا هو يدافعه الأخبثان [رواه مسلم ( 560)]
Dari Ibnu Abi ‘Atiq berkata : aku sedang bercakap-cakap dengan Qosim (bin Muhammad) di sisi ‘Aisyah- rodhiallohu’anha- , dan ternyata Qosim banyak melakukan kesalahan dalam sisi bahasa karena ibunya adalah seorang budak, maka ‘Aisyah -rodhiallohu’anha- menghardiknya sembari mengatakan : mengapa engkau tidak berbicara dengan baik dan benar seperti anak saudaraku ini?? aku tahu sebabnya, dia itu dididik dan diajari oleh ibunya (yang pandai dan bukan budak. pent) dan kamu juga dididik dan diajari oleh ibumu(yang kurang perhatian dengan ilmu karena seorang budak. pent).
Maka Qosimpun tersinggung dan marah, dan ketika hidangan milik ‘Aisyah di sajikan maka Qosim ingin beranjak pergi, maka ‘Aisyah menegurnya: Mau kemana kamu!! dia menjawab: Aku mau sholat. ‘Aisyah menyela : Duduk dulu!! dia menjawab : Tidak !! aku mau sholat. ‘Aisyah menghardiknya: Duduk wahai ghudar (sebutan untuk anak nakal), karena aku mendenga Rosululloh > berkata : Tidak ada sholat (tidak sempurna)

Sisi ketiga: Adapun kalau mereka bukan dari keluarga yang mampu untuk menyampaikan ilmu, karena semua masih pemula atau sebab yang lain, maka hendaknya mereka menyediakan perlengkapan-perlengkapan belajar sebisanya seperti : Kitab-kitab yang bermanfaat dan bersih dari kesesatan, kaset-kaset dan CD ilmiyah dari para ulama ahlisunnah dan perlengkapan lainnya, dimana Alloh subhaanah pada zaman kita ini telah membuka kemudahan yang sangat banyak untuk memperoleh ilmu.
Itu semua kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk mencari ilmu.
Sisi keempat: dengan bertanya kepada ahli ilmu atau kepada yang dilihat bisa ditanya dari ahlisunnah, lewat surat, sms , email , atau lewat telpon, dalam perkara-perkara rumit yang tidak bisa dipecahkan sendiri atau untuk meyakinkan kebenaran yang kita telah berusaha untuk mencarinya.
Dan kalau memang belum dibuka ini dan itu maka hendaknya menseriuskan diri dengan hafalan Al-Qur’an sampai benar-benar hafal, yang Insya Alloh dengan menghafalkan Al-Qur’an akan terbuka jalan lebar lainnya, karena Al-Qur’an adalah kitab yang penuh barokah.
+ وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ_ [الأنعام : 155]
“Dan ini adalah kitab yang Kami turunkan yang penuh barokah , maka ikutilah kitab tersebut dan bertaqwalah kalian agar kalian mendapatkan rohmahNya.[ QS Al-An'am 155]
Point kedua: Kalau penghalangnya dari keluarga sendiri.
Kalau yang menjadi penghambat untuk belajar dirumah adalah dari keluarga sendiri karena keluarga dunia dan awam, atau dengan sebab tidak adanya pendukung lahiriyah maka bisa beranjak kepada metode-metode yang akan kami sebutkan setelah ini, dengan tetap bersabar dan banyak berdoa.
Adapun untuk menghadapi kekerasan keluarga atau tindak kekolotan mereka maka sebagaimana yang telah kami tulis di makalah ” Sekolah dan Kuliah antara Realita dan Sunnah” tapi tidak mengapa kami nukilkan kembali dengan sedikit tambahan.
Bahkan dengan kesabaran para akhwat yang tinggal dirumahnya, bisa menyebabkan kesejukan dan kenyamanan rumah mereka, karena sang akhwat yang sabar tersebut menampakkan akhlaq yang islamiy, dan penuh kearifan dan suka memaafkan kekasaran mereka, bahkan sebisa mungkin kekerasan dan kekasaran mereka dibalas dengan kelembutan dan kebaikan, banyak mendoakan mereka(keluarga) disela-sela pembicaraan seperti ucapan :
, أثابكم الله، جزاكم الله خيرا ، بارك الله فيكم حياكم الله, أصلحكم الله، حفظكم الله
dan yang semisalnya, sehingga tidak keluar dari lidah ini kecuali kebaikan, dzikir, doa dan pujian syukur kepada Alloh atas segala karuniaNya.

Yang berakibat terketuknya hati mereka, bahwa sungguh kedudukan dia dan keanehan yang mereka anggap keluar jalur ternyata di balik itu semua terdapat akhlaq yang begitu mulia, dimana mereka bisa memilah dan membedakan antara adab sang akhwat dengan anak perempuan yang lain yang belum mendapat hidayah, begitu pula akhwat tersebut selalu mengumandangkan lantunan Al-Qura’an dengan khusyu’ dan tadabbur yang membuat rumah mereka hidup dengan kehidupan akhirat, terlingkupi rahmat dan kesejukan karena malaikat merendahkan sayapnya disana.
Faedah yang lainnya yang sangat besar dengan menetapnya dia di rumah orang tuanya adalah: Kesempatan emas bagi akhwat tersebut untuk meraih keridhoan Alloh yaitu: Berbakti kepada orang tuanya semaksimal mungkin, banyak diantara kita yang tidak memiliki kesempatan baik ini, oleh karena itu manfaatkanlah kesempatan tersebut dengan baik, karena setelah dia menikah dan pindah ke rumah suaminya tidak lagi memiliki banyak kesempatan untuk berbakti kepada keduanya, beresin semua pekerjaan ibu yang mampu dikerjakan, seperti mencuci, memasak dst, dengan tanpa diperintah atau disuruh, begitu pula kebutuhan bapak yang bukan maksiat yang mampu di penuhi di dalam rumah, semua perbuatan tersebut dilakukan dengan penuh keikhlashan, karena mengharap pahala Alloh dan terbukanya hidayah bagi mereka.
Demikian pula sifat ‘iffah (menjaga diri) dari harta dan dunia mereka, hendaknya ditanamkan dan dipraktekkan, jangan sekali-kali menolah-noleh harta dan dunia mereka selama Alloh masih mencukupinya walaupun seadanya, dan jangan banyak memelas dan meminta kepada mereka selama masih bisa bertahan, bahkan hendakya banyak memohon karunia Alloh terlimpah kepadanya, dan kalau ada kelebihan ni’mat yang Alloh curahkan, maka jangan segan-segan untuk bershodaqoh kepada mereka dengan tanpa pamrih, hal itu dilakukan bukan karena siasat duniawi belaka, bahkan karena Alloh yang mensyari’atkannya, dengan perbuatan seperti ini insya Alloh mereka tidak memiliki jalan untuk menganiaya akhwat tesebut, karena benar – benar keterikatan, ketergantungan, dan ketawakkalannya hanya kepada Alloh semata.
Dan jangan lupa bahwa semua yang ada dan yang terjadi dan yang akan terjadi sudah tertulis, dan pasti terjadi, maka kembalikan semua perkara kepadaNya, hidayah ditanganNya, rezqi dariNya, hidup dan mati ketetapanNya, maka banyak memohon kepadaNya agar memberi hidayah kepada keluarga dan semua manusia yang berhak mendapatkannya, dan dengan penuh harap kepadaNya agar menguatkan hati dan mengistiqomahkan diri sampai bertemu denganNya.
Begitu pula ilmu adalah anugrah Alloh yang Alloh berikan kepada yang Ia kehendaki, dan Alloh mengetahui mana saja hamba yang menginginkan ilmu dan siapa yang tepat untuk di tempati ilmu-Nya, dari situ banyak berharap kepada-Nya dalam sisi ini, walaupun seseorang tetap tinggal dirumahnya karena memang syari’at yang mengharuskannya sementara dia sangat kuat kemauannya terhadap ilmu, niscaya Alloh akan datangkan kepadanya – dengan cara yang Alloh lebih mengetahuinya – walaupun banyak penghalangnya dan walaupun tidak mondok di TN.
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا * وَمَنْ أَرَادَ الْآَخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا * كُلًّا نُمِدُّ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا [الإسراء/18-20]
Barang siapa mengaharap dunia maka kami akan segerakan baginya didunia bagi yang Kami hendaki, kemudian Kami jadikan Jahannam sebagai tempat masuknya dengan terhina dan teraniaya, dan barang siapa yang menghendaki Akherat dan berusaha untuk mencapainya dan dia beriman maka mereka adalah orang yang usahanya patut untuk disyukuri, masing-masing kami beri pertolongan baik mereka (kelompok pertama) atau mereka (kelompok kedua) dari pemberian Robmu , dan tidaklah pemberian Robmu kan terjegah.[QS Al-Isro 18-20]
Dan perlu diingat lebih cermat, bahwa kebutuhan seorang wanita terhadap ilmu dan kewajiban menyebarkannya setelah mendapatkannya tidaklah sebesar dan sewajib apa yang dibebankan kepada laki-laki, bagi kaum Adam ada tanggung jawab akan keselamatan anggota keluarganya dan umat, adapun kaum Hawa selama dia menunaikan hal-hal yang menjadi kewajibannya terhadap Alloh dan terhadap makhluq yang Alloh wajibkan kepadanya seperti suami atau orang tua maka cukup sebagai bekal yang sangat berharga untuk meraih kebahagian akhirat.
Dan kami nasehatkan kepada para wali, baik itu orang tua, suami atau saudara, untuk membantu mereka dalam mempraktekkan syari’at yang agung ini, dan jangan menghalang-halangi niat sholeh mereka, dan jangan merasa terugikan dengan praktek sunnah ini, dan hendaknya membela dan melindungi mereka dari gangguan yang mungkin muncul dari orang yang tidak memahaminya, serta menepis segala syubhat yang mencuat, dan ketahuilah bahwa bantuan kalian terhadap putri, istri, saudari kalian merupakan kebajikan yang tiada tara, lihatlah:

عن عائشة – رضى الله عنها – قالت دخلت امرأة معها ابنتان لها تسأل ، فلم تجد عندى شيئا غير تمرة فأعطيتها إياها ، فقسمتها بين ابنتيها ولم تأكل منها ، ثم قامت فخرجت ، فدخل النبى – صلى الله عليه وسلم – علينا ، فأخبرته فقال ” من ابتلى من هذه البنات بشىء كن له سترا من النار ” . [رواه البخارى [1418]
Dari ‘Aisyah – rodhiallohu’anha- berkata : ada seorang perempuan bersama dua anak putrinya masuk kerumah ‘Aisyah meminta sesuatu, maka beliau tidak mendapatkan susutu yang bisa dikasihkan kepadanya kecuali sebutir kurma, maka diberikanlah kuma tersebut kepadanya, stelah diterimanya maka dibelahlah kurma tadi menjadi dua bagian dan dikasihkan kepada kedua anaknaya dan dia sendiri tidak mamakannya, lantas pergilah mereka, tidak lama kemudian Rosululloh > datang, maka kami ceritakan kepada beliau kisah perempuan tadi, maka Rosululloh > berkata: Barang siapa yang teruji dengan anak-anak perempuan semacam itu , maka mereka kelak akan menjadi penghalang dari apai neraka.[HSR Bukhori]

Dimana kalian dengan sebab itu akan memetik buah pahala disisi Alloh, karena dengan idzin Alloh dengan sebab kalian mereka mengamalkan syari’at yang mulia ini, dan dengan sebab bantuan kalian, banyak terjauhkan malapetaka ummat akibat bebasnya para wanita keluar rumah, yang Insya Alloh kita semua sepakat akan ketidak relaan kita kalau ada salah seorang anggota keluarga kita yang menjadi korban kebejatan zaman, dan kekotoran pergaulan.
Dan ketahuilah bahwa diantara bukti tanggung jawab kalian atas amanat anak dan istri adalah dengan menjadikan mereka merasa aman dari gangguan tangan-tangan kotor orang-orang fasiq, mendidik mereka semaksimal mungkin, memenuhi nafaqoh mereka semampunya, menghindarkan mereka dari kemaksiatan-kemaksiatan baik lahiriyah ataupun maknawiyah, dan tidak ada jalan yang paling baik untuk melaksanakan segala ketentuan diatas dari menetapnya mereka didalam rumah dan tidak membiarkan mereka terlantar dijalan-jalan atau diluar rumah.
عن عبد الله بن عمر – رضى الله عنهما – أنه سمع رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يقول ” كلكم راع ومسئول عن رعيته ، فالإمام راع ، وهو مسئول عن رعيته ، والرجل فى أهله راع ، وهو مسئول عن رعيته ، والمرأة فى بيت زوجها راعية وهى مسئولة عن رعيتها ، والخادم فى مال سيده راع ، وهو مسئول عن رعيته ” [رواه البخارى - (2409)]
Dari Ibnu Umar -rodhialohu’anhuma – bahwa beliau mendengar Rosulolloh > bersabda; “Setiap kalian adalah pengasuh dan bertanggung jawab atas asuhannya, Seorang Imam (presiden) pengasuh dan bertanggung jawab atas bawahannya, seorang laki-laki (kepala keluarga) adalah pengasuh dan bertanggung jawab atas anggota keluarganya, seorang perempuan (istri) dirumah suaminya adalah pengasuh dan bertanggung jawab atas urusan rumahnya, dan seorang pembantu adalah pengasuh atas harta tuannya, dan bertanggung jawab atas urusannya.” [HSR Bukhori 2409]
Dan perlu diketahui bahwa apabila terjadi kemaksiatan dalam keluarga akibat keteledoran kalian ( para wali) maka dosa yang berat akan menimpa kalian juga.
عبد الله بن عمر t قال رسول الله > :” ثلاثة لا ينظر الله عز وجل إليهم يوم القيامة : العاق لوالديه و المرأة المترجلة و الديوث ، و ثلاثة لا يدخلون الجنة : العاق لوالديه و المدمن الخمر و المنان بما أعطى ” [ أخرجه النسائي ( 1 / 357 ) و أحمد ( 2 / 134 ) و ابن خزيمة في " التوحيد " ( 235 ) و ابن حبان ( 56 ) وهو في السلسلة الصحيحة (ج 2 / ص 173رقم: 674 )]
Dari Ibnu ‘Umar -rodhiallohu’anhuma- berkata : bersabda Rosululloh > : Tiga kelompok yang Alloh tidak akan melihat kepada mereka pada hari qiamat: Orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, seorang perempuan yang meniru-niru laki-laki, dan Dayyuts( seorang kepala keluarga yang membiarkan kemaksiatan di rumahnya atau pada anggota keluarganya) , dan tiga kelompok tidak akan masuk sorga: Orang yang berdurhaka kepada kedua orang tuanya, pecandu khomer(pemabok) dan yang mengungkit-ungkit pemberian.[HSR An-Nasa'i, Ahmad, Ibnu Khuzamah dan Ibnu Hibban dan disebutkan Syaikh Al-Albani di Shohihah (674)]
Oleh karena itu bantulah , belalah, dan lindungilah mereka, dan ajaklah kejalan lurus ini mereka-mereka yang belum mendapatkan hidayah dalam masalah ini.
Hal ini kami sampaikan dengan panjang lebar, karena banyak sekali syubhat yang muncul dan terlontar berkait dengan masalah ini, terlebih pada zaman akhir ini, dimana seruan emansipasi sangat digalakkan, padahal pada hakekatnya seruan itu hanyalah mengajak perempuan kepada kenistaan dan penderitaan yang berkepanjangan, semoga Alloh memberi kita taufiq-Nya.
| metode kedua: Menimba Ilmu Dari Pelajaran Dalam Masjid Yang disampaikan Laki-laki.
Cara kedua metode salafiyah dalam mencari ilmu adalah dengan mendengarkan dan mengikuti kajian di dalam masjid yang dilakukan oleh pengajar laki-laki, baik mereka mendengarkannya dari dalam rumah masing-masing karena dekatnya dari masjid atau karena terdengar suara pengajar tersebut karena kuatnya suara sehingga tidak perlu keluar rumah menuju masjid, atau kalau mungkin suara pengajar tidak sampai ke rumahnya maka boleh bagi perempuan untuk mengikuti kajian dari dalam masjid asalkan aman dari fitnah, dan setelah usai pelajaran mereka langsung pulang kerumah masing-masing.
Dalil-dalil diatas adalah sebagai berikut:
عن أسماء ابنة أبى بكر – رضى الله عنهما – أنها قالت أتيت عائشة حين خسفت الشمس ، والناس قيام وهى قائمة تصلى فقلت ما للناس فأشارت بيدها نحو السماء فقالت سبحان الله . فقلت آية . قالت برأسها أن نعم .
قالت : فقمت حتى تجلانى الغشى ، فجعلت أصب فوق رأسى الماء ، فلما انصرف رسول الله – صلى الله عليه وسلم – حمد الله وأثنى عليه ثم قال ” ما من شىء كنت لم أره إلا قد رأيته فى مقامى هذا حتى الجنة والنار ، ولقد أوحى إلى أنكم تفتنون فى القبور مثل – أو قريبا من – فتنة الدجال – لا أدرى أيتهما قالت أسماء – يؤتى أحدكم فيقال له ما علمك بهذا الرجل فأما المؤمن – أو الموقن لا أدرى أى ذلك قالت أسماء – فيقول محمد رسول الله – صلى الله عليه وسلم – جاءنا بالبينات والهدى ، فأجبنا وآمنا واتبعنا . فيقال له نم صالحا ، فقد علمنا إن كنت لموقنا . وأما المنافق – أو المرتاب لا أدرى أيتهما قالت أسماء – فيقول لا أدرى ، سمعت الناس يقولون شيئا فقلته ” [رواه البخارى (1053)]
Dari Asma’ binti Abi Bakr -rodhiallohu ‘anhuma- berkata: Aku mendatangi ‘Aisyah (dirumahnya) ketika terjadi gerhana matahari, sementara manusia pada berdiri menunaikan sholat, dan aku dapati ‘Aisyah juga sedang berdiri menunaikan sholat, maka aku menyeru: Ada apa dengan manusia??, maka dia hanya mengisyaratkan dengan tangannya kelangit, sembari berkata: Subhanalloh, maka akupun menyela: Ada ayat (tanda kebesaran Alloh yang tengah terjadi)? dia menjawab dengan mengisyaratkan kepala :”Iya”
Dia berkata: maka akupun langsung ikut berdiri (disampingnya) sampai hampir pinsan, maka aku siram kepalaku dengan air, dan setelah selesai beliau melakukan sholat beliau berpidato sembari memuji Alloh I lalu beliau berkata :” Tidaklah sesuatu yang belum pernah aku lihat sebelumnya kecuali aku telah melihatnya ditempatku ini, sampaipun masalah sorga dan neraka, dan diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan terfitnah (diberi pertanyaan) di dalam kubur, seperti atau dekat dengan fitnah Dajjal, aju -tidak tahu mana dari dua perkara yang sampaikan Asma’,- seseorang di datangkan kemudian dia ditanya: Apa yang engkau ketahui dengan orang ini, adapun orang mukmin maka dia akan menjawab : Dia itu Muhammad > , beliau datang membawa keterangan dan petunjuk, maka kami terima panggilannya dan kami beriman kepadanya dan kami ikuti dia”, maka dikatakan kepadanya : ” Tidurlah dengan nyaman, sungguh kami telah tahu bahwa kamu orang yang yakin.
Adapun oang munafiq ataupun orang yang ragu maka dia akan menjawab :” Aku tidak tahu, aku mendengar orang berbicara dengan sesuatu maka akupun ikut mengatakannya.” [HSR Bukhori :1053]
Lihatlah bahwa Asma’ dan ‘Aisyah – rodhiallohu ‘anhum- mendengar pelajaran nabi > dari rumah ‘Aisyah karena suara nabi > terdengar dari dalam rumah mereka.
Hal ini menunjukkan betapa besar perhatian wanita salaf dengan ilmu dan menghafalnya, dan tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengambil faidah.
Maka bagi para wanita yang tinggal didekat masjid -pada zaman kita ini – yang ada ta’limnya lewat pengeras suara hendaknya berbuat seperti apa yang diperbuat oleh para shohabiyah, dan tidak perlu keluar rumah, untuk mendapatkan dua fadhilah, dan hendaknya mereka memperhatikan dengan seksama pelajaran yang disampaikan, karena yang terjadi banyak diantara mereka terutama yang telah memiliki anak terpecah perhatian mereka dari pelajaran.
Adapun perkara kedua yaitu mendengar pelajaran yang disampaikan oleh laki-laki dari dalam masjid yang dilakukan oleh salafiyah sangatlah banyak dalil dan contohnya .
Diantaranya adalah hadits panjang Fathimah binti Qois rodhiallohu ‘anha- di Shohih Muslim no: ( 2942 ) yang berkaitan dengan Al Jassasah dan Dajjal, beliau mendengarnya dari Rosululloh > dari dalam masjid.
Juga hadits Zainab As Tsaqfiyah -rodhiallohu ‘anha- istri Abdulloh bin Mas’ud- rodiallohu ‘anhu- :
عن زينب امرأة عبد الله – رضى الله عنهما – قالت كنت فى المسجد فرأيت النبى – صلى الله عليه وسلم – فقال ” تصدقن ولو من حليكن ” . وكانت زينب تنفق على عبد الله وأيتام فى حجرها ، قال فقالت لعبد الله سل رسول الله – صلى الله عليه وسلم – أيجزى عنى أن أنفق عليك وعلى أيتامى فى حجرى من الصدقة فقال سلى أنت رسول الله – صلى الله عليه وسلم – . فانطلقت إلى النبى – صلى الله عليه وسلم – . فوجدت امرأة من الأنصار على الباب ، حاجتها مثل حاجتى ، فمر علينا بلال فقلنا سل النبى – صلى الله عليه وسلم – أيجزى عنى أن أنفق على زوجى وأيتام لى فى حجرى وقلنا لا تخبر بنا. فدخل فسأله فقال ” من هما ” . قال زينب قال ” أى الزيانب ” قال امرأة عبد الله . قال ” نعم لها أجران أجر القرابة وأجر الصدقة ” . [صحيح البخارى - (1466)]
Dari Zainab istri Abdulloh bin Mas’ud – rodhiallohu ‘anhuma- berkata: Suatu saat aku berada dimasjid , maka aku melihat Rosululloh > beliau berkata:” Wahai para wanita bersedekahlah kalian, walaupun dari perhiasan kalian”
Dan Zainab dahulunya menginfaqi Ibnu Mas’ud dan anak-anak yatim dipangkuannya, maka Zainab berkata kepada Ibnu Mas’ud : Pergilah engkau kepada rosululloh > dan tanyakan kepada beliau : Apakah berpahala jika aku menafaqohimu dan anak-anak yatim yang ada dipangkuanku?? maka Ibnu Mas’ud menyela: silahkan engkau sendiri yang bertanya kepada Rosululloh >,”
Maka bergegaslah aku kerumah rosululloh > sesampainya disana kudapatkan ada seorang Anshoriyah di depan pintu beliau kebutuhannya seperti kebutuhanku, maka lewatlah dihadapan kami Bilal bin Robah- rodhiallohu ‘anhu- maka kami katakan kepadanya untuk menanyakan Rosululloh > apakah berpahala jika aku menafaqohi suamiku dan anak-anak yatim yang ada dipangkuanku?? dan kami minta dia untuk tidak menghabarkan kepada Rosululloh > siapa kami.
Maka masuklah Bilal dan dia menanyakan kepada Rosululloh >, maka rosululloh > bertanya kepadanya: “Siapa keduanya ?” dia menjawab : “Zainab” beliau bertanya lagi “Zainab yang mana?” dia menjawab : Zainab istribnya Abdulloh bin Mas’ud,lantas beliau menyela:” Iya bahkan dia mendapatkan dua pahala, pahala kerabat dan bpahala shodakoh”[ Bukhori :1466]
| Metode ketiga : menimba ilmu dari menDengarkan khotbah, baik khotbah Jum’at atau khotbah ‘ied atau khotbah-khotbah lainnya.
Adapun mendengarnya dari khotbah Juma’t adalah seperti yang dilakukan oleh shohabiyah putri Haritsah bin Nu’man rodhiallohu ‘anha beliau berkata :
ما حفظت ( ق ) إلا من في رسول الله صلى الله عليه و سلم يخطب بها كل جمعة قالت وكان تنورنا وتنور رسول الله صلى الله عليه و سلم واحدا . [رواه مسلم ( 873 )]
Aku tidaklah hafal surat “Qoof”, kecuali dari mulut Rosululloh > ketika beliau berkhotbah membaca surat ini setiap Jum’at, dan waktu itu tannur ( tungku untuk memanggang roti) kami dan tannur rosululloh > satu.
Adapun mengambil ilmu dari Rosululloh > ketika khotbah ‘Ied , sesuai dengan hadits Jabir bin ‘Abdillah t berkata :
شهدت مع رسول الله صلى الله عليه و سلم الصلاة يوم العيد فبدأ بالصلاة قبل الخطبة بغير أذان ولا إقامة ثم قام متوكأ على بلال فأمر بتقوى الله وحث على طاعته ووعظ الناس وذكرهم ثم مضى حتى أتى النساء فوعظهن وذكرهن فقال تصدقن فإن أكثركن حطب جهنم فقامت امرأة من سطة النساء سفعاء الخدين فقالت لم يا رسول الله ؟ قال: لأنكن تكثرن الشكاة وتكفرن العشير قال فجعلن يتصدقن من حليهن يلقين في ثوب بلال من أقرطتهن وخواتمهن .[رواه مسلم ( 885 )]
Aku pernah menyaksikan sholat ‘ied bersama rosululloh > maka beliau memulai dengan sholat sebelum khotbah, tidak ada adzan dan tidak pula iqomah, kemudian beliau berdiri bersandaran kepada bilal, maka beliau memerintahkan untuk bertaqwa kepada Alloh dan menganjurkan untuk mento’atiNya dan memperingatkan manusia dan memberi wejangan kepada mereka, kemudian beliau beranjak kebarisan wanita memberi wejangan dan mengingatkan mereka dan beliau berkata: “Bersedekahlah kalian wahai wanita, karena kebanyakan kalian adalah sebagai bahan bakar api neraka” tiba-tiba berdirilah salah seorang perempuan pilihan mereka yang belang kedua pipinya sembari berkata: Wahai rosululloh kenapa demikian?? beliau berkata :” Karena kalian banyak mengeluh dan kufur terhadap ni’mat suami” .
Jabir berkata: Maka bersegeralah mereka bersedekah dari hiasan yang mereka pakai , mereka melemparkannya ke pakaian Bilal seperti, gelang , kalung,dan cincin.[HSR Muslim:885]
Adapun menimba ilmu dari mendengar khotbah seusai sholat gerhana adalah seperti yang telah lewat dalam hadits Asma binti Abi Bakr rodhiallohu’anhuma.
metode keempat:
mereka berkumpul di rumah salah seorang shohabiyah dihari tertentu dan rosululloh > datang mengajari mereka.
Dari Abi Sa’id rodhiallohu ‘anhu berkata:
جاءت امرأة إلى رسول الله – صلى الله عليه وسلم – فقالت يا رسول الله ذهب الرجال بحديثك ، فاجعل لنا من نفسك ، يوما نأتيك فيه تعلمنا مما علمك الله . فقال ” اجتمعن فى يوم كذا وكذا فى مكان كذا وكذا ” . فاجتمعن فأتاهن رسول الله – صلى الله عليه وسلم – فعلمهن مما علمه الله ثم قال ” ما منكن امرأة تقدم بين يديها من ولدها ثلاثة ، إلا كان لها حجابا من النار ” . فقالت امرأة منهن يا رسول الله اثنين قال فأعادتها مرتين ثم قال ” واثنين واثنين واثنين ” [رواه البخارى - (7310)].
Ada seorang perempuan mendatangi rosululloh > sembari berkata: Wahai rosululloh para lelaki mereka menimba ilmu darimu maka luangkanlah barang sehari dari waktumu untuk mengajari kami dengan apa yang telah Alloh ajarkan kepadamu.
Maka beliaupun menyambutnya dengan baik seraya berkata:” Kumpullah kalian pada hari ini dan itu ditempat ini dan itu.”
Maka berkumpullah mereka dan rosululloh > pun mendatangi mereka dan mengajari mereka dengan apa yang Alloh ajarkan kepadanya, diantara apa yang diajarkan beliau adalah : “Tidaklah diantara kalian yang didahului oleh tiga anaknya kecuali mereka akan menjadi penghalang dari neraka.”
Maka ada salah seorang diantara mereka yang menyela: Bagaimana kalau dua anak wahai Rosululloh, dia ulang ipertanyaannya dua kali, maka beliau menjawab : “Iya, walaupun dua, walaupun dua, walaupun dua.” [Muttafaq 'Alaih]
Ada sebagian orang menjadikan hadits ini sebagai dalil bolehnya TN model Indonesiyun, pengambilan dalil diatas tidak tepat dengan berbagai alasan:
Alasan pertama: Mereka hanya menghadirinya beberapa saat dalam sejum’at, adapun TN model mereka, nggak cuma dua atau tiga hari dalam sejum’at akan tetapi ada yang sampai bertahun-tahun tidak pulang dan yang paling minim setengah tahun sekali mereka mudik.
Alasan kedua : Mereka berkumpul di rumah salah seorang shohabiyah dan tentunya tidak ada istilah nginap, dan hanya beberapa saat, apabila telah usai mereka pulang kerumah masing-masing, adapun TNnya mereka, tinggal di asrama sekenyangnya.
Alasan ketiga: Setelah mereka berkumpul barulah datang rosululloh > mengajari mereka setelah itu bubar, adapun TNnya mereka kondisinya tidak sama dengan kondisi zaman rosululloh >, bahkan ada yang mengkoordinasi siapa yang bakal ngajari mereka .
Alasan keempat : Mereka berkumpul tidak ada pendaftarannya, adapun TNnya mereka penuh syarat dan aturan yang tidak syar’i.
Alasan kelima: Mereka berkumpul atas kesadaran pribadi masing-masing karena butuhnya terhadap ilmu, adapun di TNnya mereka ada yang datangnya karena aturan asrama, atau karena kabur dari rumah orang tuanya atau karena menghindari problema keluarga, bahkan ada yang sekedar menunggu calon suami, dan yang lebih parahnya karena ingin menjadi mudiroh .
Alasan keenam : Tidak ada dikalangan shohabiyah yang berkumpul disalah satu rumah mereka untuk ta’lim dengan memakai istilah mudiroh, bendahara, sekretaris dan seksi-seksi lainnya, adapun di TNnya mereka itu semua merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi, karena adanya perkumpulan orang banyak kalau tidak ada pengkordinir akan amburadul, kata mereka.
Alasan ketujuh: Model yang dilakukan Rosululloh > dan para shohabiyat tidak ada takalluf sama sekali, tidak perlu bangunan khusus, tidak perlu asrama, tidak perlu menyediakan ini dan itu, dimanapun mereka mendapatkan tempat yang layak untuk belajar bagi wanita mereka berkumpul disana, adapun TNnya mereka terlalu membebani diri, baik beban bagi para pengurus, atau beban bagi orang tua santriwati.
Alasan kedelapan : Yang diajarkan Rosululloh > dan yang diminta oleh para shohabiyah adalah ilmu akherat, ilmu yang Alloh ajarkan kepada nabiNya > , adapun mata pelajaran TN mereka disisipi dengan banyak ilmu dunia, ilmu masak, ilmu menjahit, dll, bahkan ada diantara TN yang mengajarkan ilmu neraka seperti senam aerobik model barat (karena tasyabbuh dengan orang kafir). Adapun ilmu dien kadang anjurannya agar untuk mencapai rangking.
Alasan kesembilan : yang belajar bersama rosululloh > tidak tertentu umurnya, bahkan rata-rata para ummahat karena kalau masih gadis mereka dipingit, adapun TN mereka sebaliknya, mayoritas para gadis, sedangkan kalau sudah menjadi ummahat maka sudah pensiun dari belajar untuk ngurusi anak-anak, kecuali kalau menjadi mudiroh atau ustadzah, kecuali yang Alloh rohmati.
Dari perbedaan-perbedaan diatas jelaslah bahwa argumentasi mereka dengan dalil hadits diatas untuk bolehnya mendirikan TN adalah sangat jauh dari kebenaran.
Bahkan lebih tepatnya hadits tersebut sebagai bantahan atas bolehnya menirikan TN.
Metode kelima:
pergi kerumah salah seorang perempuan yang memiliki ilmu dan belajar dirumahnya apabila aman fitnah.
Dari Mu’adzah Al-’Adawiyah rohimahalloh berkata:
عن معاذة قالت : سألت عائشة فقلت ما بال الحائض تقضي الصوم ولا تقضي الصلاة ؟ فقالت أحرورية أنت ؟ قلت لست بحرورية ولكني أسأل قالت كان يصيبنا ذلك فنؤمر بقضاء الصوم ولا نؤمر بقضاء الصلاة .[متفق عليه وهذا لفظ مسلم ( 335 )]
Aku bertanya kepada ‘Aisyah rodhiallohu’anha ; Mengapa seerang perempuan yang haidh harus mengqodo Shoum dan tidak mengqodo sholat? Maka ‘Aisyah menjawab: Apakah engkau dari kelompok Haruriyah (gerombolan khowarij -pemberontak-) ?? Aku katakan : Aku bukan dari kelompok Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya. beliau menegaskan : Haidh itu telah menimpa kita, maka kita diperintahkan untuk mengqodo shaum, dan tidak di perintahkan untuk mengqodo sholat.[Muttafaq Alaih dan lafadh Muslim]
عن عائشة أن امرأة من الأنصار قالت للنبى – صلى الله عليه وسلم – كيف أغتسل من المحيض قال ” خذى فرصة ممسكة ، فتوضئى ثلاثا ” . ثم إن النبى – صلى الله عليه وسلم – استحيا فأعرض بوجهه أو قال ” توضئى بها ” فأخذتها فجذبتها فأخبرتها بما يريد النبى – صلى الله عليه وسلم – . [متفق عليه وهذ لفظ البخارى: 315 ]
Dari ‘Aisyah -rodhiallohu ‘anha- ada seorang perempuan Anshoriyah datang bertanya kepada Rosululloh > : Bagaimana cara mandi seusai haidh??,beliau menjawab: Ambillah secarik kain yang dibasahi dengan Misik(jenis minyak wangi) dan bersihkanlah dengannya tiga kali.
Kemudian Nabi > merasa malu lantas beliau mengalihkan wajahnya, maka aku tarik tangannya dan aku ajari dia dengan apa yang rosululloh > inginkan.[Muttafaq Alaih dan ini lafadh Bukhori]
Dan dalam hadits ini kita ambil faedah juga bahwa seorang istri membantu suaminya dalam menyampaikan ilmu dan memahamkannya kepada para perempuan sesuai dengan tuntunan yang benar (ilmu sunnah).
Dan kalau masing-masing perempuan yang telah memiliki ilmu mengajarkan ilmunya dirumah masing-masing kepada yang datang, dan tidak mencari pekerjaan tambahan di luar rumah, baik itu disekolah, atau di TN, maka sungguh akan tumbuh masyarakat Islami, yang aman dari berbagai macam fitnah, yang timbul dari akibat keluarnya wanita, juga menjadikan rumah masing-masing mereka penuh barokah dan ni’mah, dan hidup dengan kehidupan hakiki, karena yang mereka bicarakan dan di bahas adalah kalamulloh dan kalam Rosululloh > serta ilmu-ilmu alat yang mengantar kesana.
Akan tetapi kalau masing-masing perempuan keluar rumah, ke madrosah atau ke TN, baik itu guru atau murid maka hilanglah semua barokah diatas, bahkan hasilnya hanyalah kemunduran dan penurunan adab dan akhlaq yang berakibat rusaknya umat.

METODE KETUJUH : MENGIKUTI SAFAR SUAMI DALAM THOLABUL ILMU.
عن حفصة بنت سيرين قالت كنا نمنع جوارينا أن يخرجن يوم العيد ، فجاءت امرأة فنزلت قصر بنى خلف فأتيتها فحدثت أن زوج أختها غزا مع النبى – صلى الله عليه وسلم – ثنتى عشرة غزوة فكانت أختها معه فى ست غزوات . فقالت فكنا نقوم على المرضى ونداوى الكلمى ، فقالت يا رسول الله ، على إحدانا بأس إذا لم يكن لها جلباب أن لا تخرج فقال ” لتلبسها صاحبتها من جلبابها فليشهدن الخير ودعوة المؤمنين ” . قالت حفصة فلما قدمت أم عطية أتيتها ، فسألتها أسمعت فى كذا وكذا قالت نعم ، بأبى – وقلما ذكرت النبى – صلى الله عليه وسلم – إلا قالت بأبى – قال ” ليخرج العواتق ذوات الخدور – أو قال العواتق وذوات الخدور شك أيوب – والحيض ، ويعتزل الحيض المصلى ، وليشهدن الخير ودعوة المؤمنين ” . قالت فقلت لها آلحيض قالت نعم ، أليس الحائض تشهد عرفات وتشهد كذا وتشهد كذا.[رواه البخاري: (980)]
Dari Hafshoh binti Sirin berkata : Dahulu kami melarang gadis-gadis keluar pada hari raya, maka datanglah seorang perempuan singgah di Istana Bani Kholaf, maka mendatanginya, dan bercerita bahwa suami adik perempuannya dahulu pernah ikut perang bersama Rosululloh > sebanyak duabelas peperangan, dan saudarinya ikut suaminya sebanyak enam peperangan, dan dia mengatakan : Pekerjaan kami adalah mengurusi orang-orang sakit dan mengobati para tentara yang terluka, dan (disela-sela kesibukan ini) dia bertanya kepada Rosululloh : Wahai Rosululloh, bolehkah bagi salah seorang dari kami untuk tidak menghadiri ‘ied apabila tidak memiliki jilbab?? maka beliau menjawab :”Hendaknya saudarinya meminjaminya jilbab untuk menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum mukminin”
Berkata Hafsoh : Maka ketika Ummu ‘Athiyah datang akupun mendatanginya dan aku tanyakan perkara tadi kepadanya: Apakah engkau mendengar dalam masalah ini dari Rosululloh > , beliau menjawab: Benar aku telah mendengarnya- dan dia setiap kali menyebutkan nama nabi > selalu diiringi dengan kata-kata: bi abi (demi bapakku-kalimat penegasan yang bukan sumpah) , Rosululloh > bersabda: “Hendaknya disuruh keluar para budak , anak-anak perempuan pingitan dan paraperempuan yang sedang haidh, untuk menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum mukminin, dapun yang sedang haidh maka menjauhkan diri dari musholla .”
Hafshoh berkata : Apakah perempuan haidh juga disuruh keluar??Ummu ‘Athiyah menjawab:Iya, bukankah mereka juga diperbolehkan menyaksikan hari wukuf di Arofah dan menyaksikan ini dan itu.[HSR Bukhori]
Dan hadits safarnya Rosululloh > beserta para istrinya atau sebagian istrinya dan kemudian mereka menceritakan kisah selama dalam perjalanan mereka dan apa yang mereka dengar dari nabi > bisa di jadikan dalil dalam masalah ini, demikian pula Ilmu tentang manasik haji Rosululloh >, tentang khotbah beliau di ‘Arofah atau di Mina yang diriwayatkan oleh para shohabiyah seperti ‘Aisyah, Hafshoh, Ummu Salamah, Ummu Habibah, Maimunah dan yang lainnya merupakan dalil akan masalah kita ini.
Begitu pula para shohabiyah yang diajak hijroh suaminya, seperti ke Habasyah atau ke Madinah juga masuk dalam bab pembahasan kita ini.
Dari situ bisa kita ambil kesimpulan bahwa apabila seorang suami membawa istrinya, atau bapak membawa anak perempuannya dan selainnya yang bisa dijadikan mahrom untuk menimba ilmu bersama (dan tidak hanya diantar ke tempat yang jauh (jarak safar) kemudian ditinggal sendirian disana-diasrama-) maka hal itu tidak ada keraguan sedikitpun akan bolehnya, tapi dengan catatan kalau kodisinya tidak penuh fitnah, adapun kalau dikhawatirkan timbul fitnah seperti kalau seandainya mahromnya adalah adik atau kakak laki-laki sendirian dengan ukhti tersebut, maka perkara ini perlu dipertimbangkan lebih dalam agar tidak menimbulkan perkara yang tidak diinginkan bersama.

Fenomena Muhajiroh dan pedirian asrama putri.

Adapun para muhajiroh yang tidak memiliki mahrom maka mereka ditampung oleh keluarga yang mampu atau dicarikan orang yang menikahinya sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-Mumtahanah, dan tidak kami dapatkan satu riwayatpun yang menunjukkan bahwa mereka dibikinkan tempat penampungan khusus para pengungsi (muhajiroot), atau asrama putri, atau kos-kosan muhajirot dan yang semisalnya.
Itu semua menunjukkan bahwa pendirian TN yang berasrama khusus untuk putri tidak ada salafnya bahkan adanya salahnya saja, karena kalau seandainya itu benar dan baik dan ada, tentunya mereka para muhajirot orang yang paling berhak untuk dibangunkan asrama sebagai tempat sementara yang aman sampai datang mahromnya atau orang meminangnya.
Akan tetapi itu semua tidak terjadi dan tidak ada, padahal tuntutan dan kondisi butuhnya salaf serta kemungkinan berdirinya TN dimasa itu sangat kuat karena banyaknya pendukung yang mengantar kesana seperti:
1- Adanya perempuan yang paling alimah sedunia yakni Ummul Mu`minin ‘Aisyah rodhiallohu ‘anha dan selainnya, tentunya modal satu ini sudah cukup untuk mendirikan TN dizaman itu karena semua butuh kepada ilmunya, bukan cuma laki-laki saja bahkan perempuan lebih berhak untuk diberi jam khusus buat mereka.
2- Banyaknya wanita yang perlu mendapat santunan dan perhatian , baik dari sisi ilmu atau lainnya seperti para muhajiroh, para janda syuhada, anak-anak yatim mereka, atau selain mereka dari para wanita shohabat yang sangat butuh ilmu baik dari kalangan Muhajirin atau Anshor.
3- Dari sisi dana, sarana dan prasarana, di zaman mereka sangat memungkinkan untuk mendirikannya diantara sumber dana tersebut adalah: ghonimah(rampasan perang), fai`, zakat, shodaqoh dari para muhsinin yang tidak perlu di minta, hadiah untuk nabi > dan seterusnya.
4- Bersihnya jiwa mereka dari kekotoran-kekotoran akhlaq yang membuat keamanan TN mereka terjaga, lebih-lebih kalau yang membimbing mereka adalah langsung pembawa syari’at >.
5 – Kondisi alam baik secara politik atau sosial semua mendukung berdirinya TN di zaman itu.
Akan tetapi semua faktor pendukung diatas tidak sedikitpun membawa mereka untuk bertindak lebih jauh dari tuntunan dan perintah nabi -shollallohu ‘alaihi wasallam- yang notebenenya dari Alloh ta’ala, maka jelas pengadaannya merupakan penyelisihan terhadap dalil dan apa yang terjadi pada salafusshoolih.
| Adapun penyelisihan dari sisi dalil maka dari beberapa segi:
Segi pertama: Tidak akan terealisasi firman Alloh I:
+وقرن في بيوتكن_
“Dan menetaplah kalia wahai wanita di rumah-rumah kalian”
Karena dengan berdirinya asrama khusus wanita mereka akan berduyun-duyun meninggalkan rumah menuju asrama TN.
Segi kedua : Begitu pula perkataan nabi >
وبيوتهن خير لهن”"
“Dan rumah-rumah mereka lebih baik untuk mereka”
Diremehkan oleh pengelola TN, karena mereka menganggap bahwa dengan tetap tinggal dirumah tidak bisa mendapatkan kebaikan, mereka menyangka bahwa pekerjaan dirumah tidak bernilai karena tidak memberi faedah orang banyak, adapun di asrama kebaikannya berkembang dan menular kemana-mana, oleh karena itu mereka menganggap tinggalnya mereka di asrama lebih baik bagi mereka daripada rumah mereka.
Segi ketiga: Sabda nabi >kepada para wanita pingitan pada hari raya:
“لتخرج العواتق ذوات الخدور”
“Keluarkan para budak perempuan dan gadis-gadis dalam pingitannya”.
Hadits ini tidak bisa dipraktekkan dengan adanya asrama putri, karena tidak seorangpun dari para penghuni asrama yang ada dalam pingitan, karena harus mengikuti acara dan agenda asrama.
Segi keempat : hadits :
عن عبد الله عن النبي صلى الله عليه وسلم قال صلاة المرأة في بيتها أفضل من صلاتها في حجرتها وصلاتها في مخدعها أفضل من صلاتها في بيتها. [وهو في الصحيح المسند مما ليس في الصحيحين (1 / 416)]
Dari Ibnu Mas’ud -rodhiallohu ‘anhu – dari Nabi > bersabda:” Sholatnya seorang perempuan di rumahnya lebih utama daripada sholatnya di kamarnya, dan sholatnya ditempat persembunyiannya lebih utama dari pada sholatnya di rumahnya.[HSR Abdur Rozza dishohohkan Syaikh Muqbil]
Hadits inipun kurang sempurna kalau dipraktekkan oleh para penghuni asrama wanita, pertama karena asrama itu bukan rumahnya, kedua tidak memungkinkan untuk memeliki tempat yang tersembunyi karena ruangan itu milik bersama, ketiga adanya aturan asrama yang seringnya bertentangan dengan sunnah.
|Adapun penyelisihannya terhadap praktek salafussholeh adalah nyata sekali, karena kita tidak mendapatkan sejak zaman nabi > sampai kurun mufadhdholah adanya TN dikalangan mereka, tidak kita dengar Rosululloh mendirikan TN atau menampung wanita untuk didik dalam waktu yang lama dan didalam sebuah asrama, sebagaimana kita tidak mendapatkan TN di kalangan para shohabat ,tabi’in, atba’ut tabi’in, dan selanjutnya, tidak kita dengar : ini TN Abu Bakar, TN Umar, TN Ibrohim An-Nakho’i, TN Ibnu Mubarok, TN Imam Ahmad, TN Imam Bukhori dst, bahkan pada masa kita ini tidak seorang ulama yang telah disepakati keilmuan dan manhajnya yang memiliki TN atau asrama khusus putri.
| Adapun kalau ditinjau lebih dalam asal-usul praktek pendirian TN model asrama maka sampai saat ini belum kami dapatkan siapa dari kaum muslimin yang pertama punya pemikiran semacam ini yakni mengumpulkan para wanita muda didalam asrama untuk menuntut ilmu dengan berbagai kegiatannya.
Yang kami ketahui dari praktek yang ada di Indonesia yang mengadakan adalah para kiyai pondok klasik (Pondok pesantren salafiyah model NU) – dan berita tentang tindak pelecehan dari banyak kiyai terhadap santriwatinya bukan hal yang tersembunyi lagi -, adapun kalau secara menyeluruh untuk kalangan muslimin dari zaman Rosululloh > sampai sekarang, maka belum kami dapatkan kepastiannya, adapun kalau ada yang mengatakan bahwa model TN dan asrama adalah meniru model gereja dengan biarawatinya pada beberapa sisi, maka tidak bisa disalahkan begitu saja, kalau memang itu benar berarti berdirinya Tarbiyatunnisa’ model mereka menyerupai(Tasyabbuh) dengan para pendeta dan biarawatinya, dan kita telah tahu hukum tasyabbuh.
Pokoknya baik TN itu munculnya dari kaum muslimin atau orang kafir, semuanya tidak bisa dijamin kebenarannya karena menyelisihi dalil dan perbuatan salafusshoolih.
Ini pada asal pendirian asrama, bagaimana kalau di tengok lebih lanjut dari sisi kemadhorotannya (bahaya) yang sangat banyak (dan para pengurus TN lebih tahu akan hal ini) yang menunjukkan atas kesalahan dan terlarangnya mendirikan asrama khusus untuk mereka, seperti :
1- Adanya pengintipan baik dari orang awam atau santri putra sendiri dan tidak mustahil pula kalau syaithon membisiki para pengurus untuk berbuat demikian, simaklah apa yang dikatakan oleh Sayidut tabi’in Sa’id bin Musayyab -rohimahuloh-:
لو ائتمنت على بيت مال لأديت الأمانة ولو ائتمنت على امرأة سوداء لخفت أن لا أؤدي الأمانة فيها . [مجموع الفتاوى(14 / 444)]
Kalau seandainya aku diberi kepercayaan untuk mengurusi Baitul mal niscaya aku mampu untuk menunaikan amanat tersebut, dan jikalau aku diberi amanat untuk menjaga seorang wanita hitam aku sungguh khawatir tidak bisa menunaikan amanat tersebut.[Lihat Majmu' Fatawa 14/444]
Atau barang kali para pengurus Tarbiyatunnisa’ telah memiliki iman rangkap dan taqwa ganda serta nafsu yang telah di kebiri??.
2- Tidak aman dari gangguan, baik dari manusia ataupun jin, sebagaimana yang telah banyak terjadi di mayoritas TN yang ada.
3- Menimbulkan banyak penyakit hati, baik dari sisi wanita itu sendiri atau lainnya, sampaipun pengurus tidak aman darinya, seperti adanya pacaran antar santri dan santriwati, apalagi sekarang ada HP bebas bahkan mungkin berkamera, adanya ngrumpi diluar ilmu, adanya saling pamer pamor dst.
4- Terjadinya banyak musykilah (problem) baik yang berkaitan dengan apa yang terjadi di dalam asrama berupa kemaksiatan lesbian, pencurian, bahkan mungkin perkelahian antar akhwat (dan ini tidak mustahil terjadinya) dan itu semua tidak bisa diatasi kecuali oleh laki-laki, dan tentunya akan membuahkan fitnah baru.
Begitu pula musykilah yang berkaitan diluar asrama, seperti kalau ada yang sakit yang mengharuskan dibawa ke rumah sakit untuk opname atau adanya pengusiran, atau ada yang kabur dll yang itu semua harus ditangani oleh laki-laki yang berakibat terjadinya penyelisihan terhadap syaria’t dari sisi yang tidak mereka sadari.
5 – Takalluf, (membebani dan memaksakan diri untuk melakukan perkara diluar kemampuan) dalam membangun bangunan (asrama) yang tentunya fasilitas untuk akhwat tida bisa seperti fasilitas ikhwan , kalau milik ikhwan bisa seadaanya, bahkan kalau toh tidak ada asramanya sama sekali hanya ada sebuah masjid saja sudah cukup untuk berjalannya aktifitas mereka, adapun bagi akhwat maka harus benar-benar rapi dan rapat dan tentunya akan membutuhkan dana yang cukup besar untuk terealisasinya, dan dana besar tersebut tidak mudah untuk didapatkan kecuali dengan “ngoyo banget”.
6- Tak jarang terjadi persaingan materi dan perang gengsi antar mereka, sehingga terkadang ada tarip khusus bagi mereka dalam mencari jodoh.
7- Bahkan mungkin ada yang menunda pernikahan atau menolak lamaran orang sholih dengan alasan menyelesaikan studinya atau hafalannya, atau karena yang melamar bukan ustadz atau bukan lulusan luar negri.
8 – Terdapatnya mudiroh dan sebagainya yang tentunya bertentangan dengan petunjuk nabi > dimana beliau mengatakan : لن يفلح قوم ولى أمرهم امرأة
9 – Banyak yang bercita-cita ingin jadi: mudiroh, atau ustadzah, atau pengurus, dan meremehkan tugas wajib dirumah dengan alasan menjaga ilmu, hafalan dan karir.
10 – Membuat minder dan kecil hati akhwat yang tidak mondok, karena banyak diantara mereka yang telah mondok, merasa lebih memiliki sesuatu dari pada yang tidak mondok, padahal belum tentu barokah yang didapatkan oleh yang tidak mondok lebih sedikit dari yang mondok, bahkan secara pandangan syari’at yang benar mereka yang dirumahlah yang lebih berbarokah daripada yang diluar rumah.
Dari sekelumit madhorot yang kami paparkan diatas sudah merupakan penghalang akan keabsahan Tarbiyatunnisa’ secara syar’I, ataupun pandangan akal sehat.
Oleh karena itu kami nasehatkan kepada semua pihak yang berkepentingan dalam masalah ini, bersegeralah berbenah diri dan bertaubat kepada Alloh dari kesalahan yang telah terjadi, agar kita tetap mendapatkan bimbinganNya dan rohmah serta barokahNya dari segala sisi, dan ingatlah bahwa apa yang kita tinggalkan karena mengharap wajah Alloh pasti akan Alloh ganti dengan yang lebih baik dan bermanfaat bagi kita baik di dunia ataupun diakherat:

(عن أبي قتادة وأبي الدهماء ، وكانا يكثران السفر نحو هذا البيت . قالا: أتينا على رجل من أهل البادية . فقال البدوي :أخذ بيدي رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فجعل يعلمني مما علمه الله تبارك وتعالى . وقال : إنك لن تدع شيئا اتقاءا لله جل وعز، إلا أعطاك الله خيرا منه. أخرجه أحمد [5/78]بسند صحيح.
Dari Abi Qotadah dan Abi Dahma keduanya adalah orang yang sering bekunjung ke Baitul Haram, keduanya berkata: Kami mendatangi salah seorang dari penduduk badui, maka mengatakan pernah Rosululloh -shollallohu’alaihi wasallam- menggandeng tanganku sembari mengajariku dengan ilmu yang telah Alloh ajarkan, maka beliau mengatakan: Sungguh engkau tidaklah meninggalkan sesuatu karena Alloh niscaya Alloh akan memberinya (menggantinya) dengan sesuatu yang lebih baik darinya.[HSR Ahmad]
Dan sebaliknya kekeliruan dan kesalahan apabila kita berusaha untuk melanggengkannya atau bahkan mempropagandakannya dan mendakwahkannya maka kejelekan hasil dan kerugian usaha yang kita petik.

عن سعد بن إبراهيم قال سألت القاسم بن محمد عن رجل له ثلاثة مساكن فأوصى بثلث كل مسكن منها قال يجمع ذلك كله في مسكن واحد ثم قال أخبرتني عائشة: أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال: “من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد”. ]رواه مسلم [ 1718]
Dari Sa’ad bin Ibrohim berkata : Aku bertanya kepada Al-Qosim bin Muhammad tentang seorang laki-laki yang memiliki tiga buah rumah, dan dia berwasiat dengan sepertiga dari masing-masing rumah tersebut, maka beliau berkata : hendaknya semuanya dikumpulkan dalam satu rumah, kemudian dia berkata: telah menghabarkan kepadaku ‘Aisyah bahwa rosululloh صلى الله عليه وسلمberkata: ” Barang siapa berbuat ssuatu yang tidak ada perintah dari kami maka tertolak”
عن أبي الطفيل عامر بن واثلة قال: كنت عند علي بن أبي طالب فأتاه رجل فقال ما كان النبي صلى الله عليه و سلم يسر إليك ؟ قال فغضب وقال ما كان النبي صلى الله عليه و سلم يسر إلي شيئا يكتمه الناس غير أنه قد حدثني بكلمات أربع قال فقال ما هن ؟ يا أمير المؤمنين قال: “لعن الله من لعن والده، ولعن الله من ذبح لغير الله، ولعن الله من آوى محدثا، ولعن الله من غير منار الأرض”. [رواه مسلم [1978 ]
Dari Abi Thufail ‘Amir bin Watsilah berkata : aku sedang berada disisi ‘Ali bin Abi Tholib tiba-tiba datanlah seseorang sembari berkata: Sesuatu apakah yang rosululloh rahasiakan buatmu?? Maka ‘Ali pun marah sambail mengatakan : Tidak ada sesuatu yang rosululloh -shollallohu’alaihu wasallam- rahasiakan kepada seseorangpun, hanya saja beliau pernah berkata kepadaku dengan empat buah kalimat!! maka orang tadi menyela: Apa kalimat empat itu? wahai Amirul mukminin? beliau mengatakan : Alloh mela’nat siapa yang mela’nat orang tuanya, dan Alloh mela’nat orang yang menyembelih untuk selain Alloh, dan Alloh mela’nat melindungi pelaku kerusakan (pembuat bid’ah), dan Alloh mela’nat orang yang merubah patok-patok bumi.(petunjuk jalan atau abtasan-batasan area).[HS Muslim]
Wal’iyadu billah.

KREATIFITAS WANITA MUSLIMAH DI RUMAH.

Kalau ada yang bertanya: Lantas apa yang dilakukan para wanita muslimah dirumah untuk memenuhi kebutuhan mereka dari sisi ilmu dan pendidikan??
Jawabannya adalah sangat sederhana, seperti apa yang telah Alloh sebutkan diatas, yaitu mempelajari AlQur’an dan assunnah.
Mempelajari AlQur’an mencakup materi bagaimana membacanya dan juga menghafalnya, serta memahami inti dan isinya dan selanjutnya mengamalkan yang harus diamalkan.
Kalau memang belum memiliki modal untuk bisa membacanya, maka belajar dari awal dengan menyediakan buku-buku pengantar kesana seperti : Iqro, Qiroati dan yang sejenisnya, dengan bertahap tekun dan penuh kesabaran serta selalu mengharap dan berdoa kepada Alloh untuk membuka pikirannya agar bisa dengan mudah memahaminya.
Adapun yang telah memiliki modal membaca maka bersyukurlah kepada Alloh, dan mohon kepadaNya untuk menambahnya, dengan cara mulai menghafal surat-surat pendek dengan serius dan selalu berharap pahala, kemudian setelah hafal disetorkan kepada keluarganya, baik itu saudaranya sesama perempuan atau saudara lelaki, atau kepada orang tuanya kalau memang belum menikah, kalau sudah tentunya kepada suaminya, bahkan tidak perlu malu untuk setoran hafalan kepada anak-anaknya, sehingga keluarganya dipenuhi rohmah dengan barokah AlQur’an yang dilantunkan oleh semua anggota keluarga yang selalu menghiasi rumah mereka.
Dan apabila surat-surat pendek tersebut telah di hafalnya maka hendaknya dijaga jangan sampai terlepas darinya dengan cara mengulanginya terus menerus, terutama apabila digunakan untuk ibadah yang lainnya seperti dibaca ketika sholat wajib, atau sholat dhuha, atau sholat malam dan sholat sunnah lainnya.
Dan apabila sudah memiliki hafalan lumayan maka dilanjutkan dengan mempelajari perkara lainnya yang mampu untuk dipelajari seperti pelajaran Nahwu, Shorof, Bahasa Arob, dllnya guna membantu memahami Al-Qur’an dan sunnah.
Demikian pula dia mendahulukan mempelajari perkara Aqidah Shohihah, dan mempelajari dari sunnah untuk ibadahnya .
Untuk tahapan pemula diatas cara belajarnya dengan cara menyediakan buku paket yang yang bisa dipercaya seperti kalau dalam bidang Aqidah dan Tauhid sesuai dengan silsilah:
” Utsulutsalatsah, Qoawidul Arba’ah, Utsulus Sittah, Wajibat Al-Mutahattimah, Kitabuttauhid, Fadhlul Islam, Masail Jahiliyah, Kasyfu Syubuhat, Qurotu’Uyun, Fathul Majid.
Ini dalam tauhid Uluhiyah, adapun dalam tauhid Asma wa Sifat dan Aqidah secara umum sebagai berikut:
” Lamiyah Syaikhul Islam, Aqidah Wasitiah, Lum’atul ‘Itiqod, Qowa’idul Mutsla, Al- Hamawiyah, Aqidah Thohawiyah.
`Ilmu Al- Qur`an .
” Iqro` Qirooati dan yang sejenisnya, Pelajaran Tajwid (Fann At – Tajwid, Tuhfatul Athfal, Al-Jazariyyah, Fathul Majid Fi Ahkaamit Tajwid,Tafsir As-Sa`di, Al Itqoon, Muqoddimah Tafsir karya Syaikhul Islam, Al Qowaid fit Tafsir karya As Sa`di, dll.
` Pelajaran Bahasa.
” Durusul Lughoh “Al Madinah” 1-4, Al-Mabadiul Mufidah fi ta`allumil lughoh Al – `Arobiyah, Al Imla`, At- Tuhfatus Saniyyah , Al- Mutamimah, At-Tuhfatul Wasshobiyah, Mulhatul I`rob, Qothrun Nada, Muwashshilut Thullab, Alfiyah Ibnu Malik dengan syarahnya, Laamiyaul Af`aal, Fathul Waduud Fish-Shorf, Al-Balaaghoh, Al `Arudh, Al- Ma`ani.
` Pelajaran Mustholah.
” Al – Baiquniyah, Al Mauqidhoh, Al – Ba`itsul Hatsits, Nuzhatun – Nadhor, Muqoddimah Ibnus-Sholah ma`a At Taqyiid wal Iidhoh, Tadribur-Rowi, Dhowabithul- Jarh Wat Ta`diil, Syarh Ilal At Tirmidzi libni rojab, Al Bahts, Tahkrij wa Tahqieq.
` Pelajaran Fiqh
” Al- Mabadi Al mufidah, Sifat Wudhuu-i An Nabi r , Sifat Sholaatu An- nabi r, Umdatul Ahkam, Bulugul Maroom, Ad-Darooriyul Mudhiyyah, Ahkamul Janaaiz, Nailul Author, Al -Manasiik, Subulus Salaam, Ahkamul Haidh Wan Nifaas, Al-Farooidh, Ar-Rohabiyah, Ar-Roid, Alf-Faidh dsb.
` Pelajaran Usul fiqh.
” Al-Usul fi Ilmil-Ushul, Al-Waroqoot, Al-Mudzakkiroh, Roudhotun- Nadhir, Ar- Risalah , I`laamul- Muwa`qqi`in, Qowaaidul fiqh dll.
` Pelajaran Tarikh (sejarah).
” Zaadul Ma`ad, Al-Bidayah Wan- Nihayah, Siyar `Alamin Nubala, dan lain-lainnya, hanya saja kitab-kitab besar hanya sebagai rujukan dan faedah tambahan.
Setelah itu semua hendaknya memperbanyak mentelaah kitab-kitab sunnah seperti kutubussittah, Musnad Imam Ahmad dan lain-lainnya dari kitab-kitab rujukan, sebagaimana selalu melihat dan merujuk kepada kitab-kitab Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qoyyim dan yang semisal mereka dari Ahlus sunnah.
Semua pelajaran diatas kalau ditekuni dengan penuh kesabaran dan banyak berdoa kepada Alloh untuk membuka akalnya agar mudah memahaminya dan menghafal yang perlu di hafal maka insya Alloh telah meraih kebaikan yang sangat banyak.
Dan hendaknya semakin di beri tambahan ilmu dan pemahaman semakin besar pendekatannya kepada yang member ilmu dan semakin tawadhu’ , karena ilmu yang kita miliki hanyalah anugrah dan titipan Alloh semata, yang apabila Yang menitipkan ilmu tersebut mencabutnya dan mengangkatnya dari hati dan benak yang di titipi, maka tidak akan bisa menolak dan menghalanginya.
Kembali kepada permasalahan diatas, jangan lupa mengahafal doa-doa dan dzikir yang shohih, seperti doa dan dzikir pagi dan sore, doa sebelum dan sesudah tidur, sebelum dan sesudah makan , dan jangan sampai terlewatkan dan terluputkan satu perkarapun dari doa dan dzikir, sebagaimana lisan kita selalu dibasahi dengan tasbih,tahmid,tahlil,takbir dan banyak bersholawat kepada nabi -sholallohu’alaihi wasallam- terutama ketika melewati penyebutan nama beliau.
Diantara faedah doa dan dzikir tersebut adalah sebagai perisai dan benteng kita dari segala godaan, baik dari syaithon manusia ataupun syaithon jin, karena para syaithon tersebut tidak akan rela terhadap hamba Alloh yang tho’at kepadaNya, terlebih kalau yang tho’at adalah dari hamba yang lemah seperti para wanita, maka godaannya akan diperketat dan diperkuat, makanya banyak diantara mereka yang kesurupan atau kemasukan jin, atau kelabilan jiwa akibat banyaknya godaan dan syubhat, dan tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan diri dari itu semua kecuali dengan kembali dan meminta perlindungan kepada Penguasa alam semesta, dengan cara banyak menyebutNya dan mengingatNya dengan doa dan dzikir.
Kami kira cukup sampai disini dulu apa yang bisa kami torehkan dalam permasalahan ini, adapun untuk menjawab syubhat dan kerancuan seputar perkara ini Insya Alloh pada kesempatan lain.
Mudah-mudahan sedikit penjelasan ini bisa membuka cakrawala kelam yang selama ini terselimuti dengan awan emansipasi, dan bisa membuka lembaran baru kehidupan salafi hakiki kita, terutama bagi wanita, sebagai bentuk pengabdian kita kepada Alloh guna menggapai sorga dan wajahNya yang Mulia.
?رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ * رَبَّنَا إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ ? [آل عمران/8، 9]
“Wahai Rob kami, janganlah engkau palingkan hati-hati kami setelah Engkau beri hidayah kami, dan berilah kami rohmat dari sisiMu, sesungguhnya Engkau AlWahhab(Yang Maha Memberi),
Ya Rob kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan seluruh manusia dihari yang tidak ada keraguan didalamnya, sesungguhnya Alloh tidak akan menyelisihi janji”.
?رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آَمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآَمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ * رَبَّنَا وَآَتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ ? [آل عمران/193، 194]
Wahai Rob kami, sungguh kami telah mendengar seorang penyeru menyeru kami kepada keimanan “Berimanlah kalian kepada Rob kalian”, (maka kamipun penuhi panggilan tersebut) dan kamipun beriman.
Wahai Rob, ampunilah segala dosa kami dan hapuslah segala kesalahan dan kejahatan kami, dan wafatkanlah kami bersama dengan orang-orang yang baik-baik.
Wahai Rob , datangkanlah kepada kami apa yang telah Engkau janjikan terhadap (lewat) para rosul-rosulMu, dan jangan Engkau hinakan kami dihari Kiamat , sungguh Engkau tidak akan mengingkari janji