Rabu, 07 Oktober 2009

BEKAL DA'I DALAM MEMPERJUANGKAN AGAMA ALLOH

oleh: Abul Hafidz Al - Lamunjani

Seorang yang bijak pernah berkata : 
 “Seorang yang tidak memiliki apa-apa tidak dapat memberi” 
Sungguh benar apa yang dikatakan oleh orang bijak ini, karena bagaimana bisa memberi? Padahal ia tidak memiliki apa-apa. Lantas, bagaimana halnya dengan seorang da’i yang mengajak ke jalan Alloh sedangkan ia tidak memiliki ilmu dan bekal-bekal di dalam menempuh jalan dakwah, apa yang akan dia berikan kepada ummat? Padahal Alloh telah melarang manusia berkata-kata tanpa ilmu, apalagi berbicara di dalam agama Alloh tanpa ilmu. 
Untuk itulah, selayaknya bagi seorang da’i yang berdakwah di jalan Alloh agar membekali dirinya dengan bekal-bekal dakwah. Apa sajakah bekal-bekal dakwah yang sepatutnya seorang da’i mempersiapkannya? Faqihuz Zaman, al-Imam al-’Allamah Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin rahimahullah memberikan jawabannya dengan terang dan jelas. Maka reguklah ilmu ini wahai hamba Alloh dan berbekallah, karena sebaik-baik bekal adalah takwa. 

Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa ( QS. Al baqoroh 02:197)

BEKAL – BEKAL DAI 
1. Ikhlash 
 Satu hal yang perlu diperhatikan bagi para Dai yang berdakwah dijalan Alloh untuk mencapai keberhasilan dalam berdakwah adalah keikhlasan hanya mengharap ridlo Alloh. Tidak boleh bagi para dai berdakwah karena ingin mendapatkan materi atau ingin populer dan dilihat oleh manusia. Karena hal demikian itu adalah Riya’ dan para ulama’ mamasukkannya dalam katagori syirik yang tersamar. Alloh berfirman:
Sesunguhnya kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.Ingatlah, Hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). ( QS. Az Zumar : 2-3)
   
2. Berilmu
 Seorang da’i haruslah memiliki ilmu tentang apa yang ia dakwahkan di atas ilmu yang shahih yang berangkat dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam. Karena setiap ilmu yang diambil dari selain Kitabullah dan Sunnah Rasulullah, wajib diteliti terlebih dahulu. Setelah menelitinya, maka dapat menjadi jelas apakah ilmu tersebut selaras ataukah menyelisihi Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Apabila selaras maka diterima dan apabila menyelisihi maka wajib menolaknya tidak peduli siapapun yang mengucapkannya.
Telah tetap sebuah riwayat dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya beliau berkata :
“Sungguh nyaris kalian ditimpa hujan batu dari langit. Saya mengatakan sabda Rasulullah, kalian malah menjawab dengan ucapan Abu Bakr dan ’Umar.”
Apabila pada ucapan Abu Bakr dan ’Umar yang menyelisihi ucapan Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam saja (diancam) seperti ini, lantas bagaimana menurut anda dengan ucapan orang yang keilmuan, ketakwaan, persahabatan dan kekhilafahannya di bawah keduanya (Abu Bakr dan ’Umar)?! Padahal mereka berdua adalah seorang khulafaur rosyidin al – mahdiyin, yang kita diperintahkan untuk mengikuti manhaj mereka, sebagaimana sabda Rosul sholallohu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam: 
فإنه من يعش منكم بعدي فسير اختلافا كثيرا فعليكم با لسنتي و سنة الخلفاء المهدين الراسدين عضوا عليها بالنواجذ
Sesungguhnya barang siapa diantara kalian yang hidup sesudahku maka dia akan melihat perselisihan yang sangat banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah khulafaul mahdiyinar rosyidin.gigtlah dengan gigi gerahammu ( HR. Abu Dawud no 4607)
Saudaraku sekalian, sesungguhnya berdakwah ke jalan Alloh tanpa diiringi dengan ilmu itu menyelisihi tuntunan Nabi Shallallahu ’alaihi wa Salam dan orang yang mengikuti beliau. Dengarkanlah firman Alloh Ta’ala yang memerintahkan Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ’alaihi wa Salam dalam firman-Nya berikut :
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan Aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". ( QS. Yusuf 12; 108)
Pertama : di atas bashiroh terhadap apa yang di dakwahkan, yaitu ia haruslah memiliki ilmu (baca : mengetahui) tentang hukum syar’i yang ia dakwahkan.
Kedua : di atas bashiroh terhadap kondisi dakwah (baca : pent.kondisi obyek dakwah, ), oleh karena itulah Nabi Shallallahu berpesan padanya :  
”Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari ahli kitab” 
( Dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Kitabuz Zakah, Bab Akhdzush Shodaqoh minal Aghniya’ wa taruddu ilal Fuqoro` haitsu kaanuu (1469) dan Muslim dalam Kitabul Iman, Bab as-Du`a’ ila asy-Syahadatain wa Syaro’i` al- Islam (13), (19))

3.Hikmah 
 Seorang da’i haruslah menyeru kepada Alloh dengan hikmah. Dan alangkah pahitnya orang yang tidak memiliki hikmah. Sesungguhnya hikmah itu adalah : menetapkan suatu perkara secara mantap dan tepat, dengan cara menempatkan suatu perkara pada tempatnya dan mendudukkan suatu perkara pada kedudukannya. Bukanlah termasuk hikmah apabila anda tergesa-gesa dan menginginkan manusia akan berubah keadaannya dari keadaan mereka sebelumnya menjadi seperti keadaan para sahabat hanya dalam sehari semalam.  
4. Akhlak Karimah
 Seorang da’i haruslah berperangai dengan akhlak yang mulia, 
dimana ilmunya tampak terefleksikan di dalam aqidah, ibadah, perilaku dan semua jalan hidupnya, sehingga ia dapat menjalankan peran sebagai seorang da’i di jalan Alloh. Adapun apabila ia dalam keadaan sebaliknya, maka sesungguhnya dakwahnya akan gagal, sekiranya sukses maka kesuksesannya sedikit.
5. Menghancurkan pengahalang antara dirinya dengan mad’u
 Seorang da’i haruslah menghancurkan penghalang antara dirinya dengan manusia. Hal ini disebabkan karena banyak saudara-saudara kita para du’at, apabila melihat suatu kaum melakukan kemungkaran, mereka terlalu ghirah (cemburu/semangat) dan benci terhadap kemungkaran tersebut sehingga mereka tidak mau pergi menemui kaum tersebut dan menasehati mereka.
6.Sabar
 Seorang da’i haruslah bersabar di atas dakwahnya, sabar atas apa yang ia dakwahkan, sabar terhadap orang yang menentang dakwahnya dan sabar atas segala aral rintangan yang menghadangnya. 

 Demikianlah sebagian bekal bagi para Da'I yang ingin mendakwahkan agama Alloh tabaroka wa ta'ala. Selanjutnya kita berdo'a kepada-Nya supaya di beri kemudahan dalam berdakwah dan menata ummat menuju pemahaman para salafu ummah. Amin 


Referensi

1. zadul daiyah ilalloh karya syeikh sholih Al – Utsaimin
2. usus manhaj as – salaf karya fawaz bin Hulaili bin Robah As - Suhaimi
3. Al mu’jam Al mufahros fil afadzil qur’anil karim karya Muhammad fu’ad Abdul Baqi
4. Al – Qur’an dan terjemahnya