Rabu, 03 November 2010

LAWAN LARI DARI KEJARAN LANGSUNG CEMPLUNG KE JURANG KEBINASAAN

Lembaran-lembaran dari Abul Abbas Khidhir untuk Abdillah bin Abdirrahman


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ.

الحمد لله رب العالمين حمداً كثيراً طيباً مباركاً فيه كما يحب ربنا ويرضاه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ولا إله سواه، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله الذي اصطفاه واجتباه وهداه، صلى الله عليه وعلى آله وسلم تسليماً كثيراً إلى يوم الدين. أما بعد:



LEMBARAN JUDUL YANG PERLU DIPERHATIKAN

Luasnya daratan dan dalamnya lautan tidaklah membuat dada para hizbiyyin lapang, luasnya bumi Allah Subhanah di hati mereka bagaikan seluas ruang penjara, keberadaan daratan dan lautan tidaklah membuat hati mereka tenang dan tentram, hati mereka terus dalam keadaan gundah dan tak karuan, seakan-akan bumi Allah ini sempit, yang pada akhirnya mereka pun ketakutan dalam bergerak dan bertindak dengan terang-terangan. Sifat kebancian dan kebencongan pun mengikis kejantanan mereka, mereka lari dari pengetahuan manusia tapi ternyata justru cemplung ke dalam jurang kebinasaan dan kenistaan, dosa demi dosa mereka kerjakan, tidakkah mereka membaca tulisan saudara kami yang mulia Aba Turab Al-Jawiy tentang dosa-dosa para majhulin? Ataukah karena mereka sudah kecanduan dengan dosa-dosa sehingga kalau tidak berbuat dosa seakan-akan hidup mereka tak berarti?!.

Mereka lari dari pengetahuan manusia tentang jati diri mereka yang banci setelah mereka menipu manusia dengan nama samaran, apakah mereka mau menipu Allah ‘Azza wa Jalla? Tapi bagaimanapun Allah Ta’ala telah berkata:

يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (9) فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (10) [البقرة/9، 10]

“Mereka akan menipu Allah dan menipu orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak menyadari. Dalam hati mereka ada penyakit lalu Allah tambah penyakitnya, dan bagi mereka adalah azab yang pedih”. (Al-Baqarah: 9-10).

Loloskanlah diri-diri kalian dengan bergegas lari dari kejaran

Lihatlah jurang di depan siap menjadikan kalian sebagai santapan

Lupakah kalian dengan Qarun dan para pegawainya ditenggelamkan

Lindungilah diri kalian dari penyakit kronis dalam hati yang menyakitkan

Lihatlah dan cermatilah dengan seksama! Belum lama si Gelandangan Tolol Abdul Ghofur Al-Malangiy bersekongkol dengan Abu Mahfudz Ali –Qattalahumullah- dalam menyebarkan fitnah dan makar, kini dia tampil lagi dengan menyebarkan tulisan Abdullah bin Abdirrahman –Dammarahumullah- memang Abdul Ghafur ini berani dan lantang menampakan kejantanannya dalam membuat permusuhan dan mengundang laknat Allah Ta’ala untuk ditimpakan atas mereka, dalam “Shahih Muslim” dan “Al-Adabul Mufrad” dari Amiril Mukminin Ali bin Abi Thalib, Rasulullah -Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- berkata:

«وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ آوَى مُحْدِثًا».

“Dan laknat Allah atas siapa saja yang membendung pelaku bid’ah (maksiat)”.

Dan dalam “Shahih Al-Bukhariy” dari Abi Hurairah -Radhiyallahu ‘Anhu- Rasulullah -Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- berkata:

«إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِى وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ».

“Sesungguhnya Allah telah berkata: Barangsiapa memusuhi wali-Ku maka sungguh Aku telah mengumumkan perang dengannya”.

Apakah karena di hati si Gelandangan Tolol sudah tidak ada lagi rasa takut kepada Robb semesta alam sehingga kini dia menaikan pangkatnya yang tadinya hanya sekedar pecandu dosa sekarang ini dia menjadi biang dosa atau bandar dosa?!

Ternyata peringatan yang datang dengan dalil dan hujjah tentang dosa-dosa besar para majhulin dan dosa-dosa bekerja sama dengan para pelaku dosa tidak membuat mereka sadar dan kembali kepada kebenaran serta bergegas bertaubat kepada Robb semesta alam, namun justru membuat mereka semakin menjadi-jadi dalam mengalap dosa, apakah karena mereka sudah kecanduan dan ketagihan dengan dosa maka tidak ada lagi artinya suatu peringatan?! Ataukah mereka termasuk dalam apa yang Allah Ta’ala sifatkan dalam Al-Qur’an:

وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ [يس/10]

“Sama saja bagi mereka kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tetap tidak akan beriman”. (Yaasin: 10). Atau bahkan keberadaan mereka seperti yang Allah permisalkan dalam kitab-Nya:

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ (17) صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ (18) [البقرة/17، 18]

“Permisalan mereka seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam keaadan gelap, tidak dapat melihat. Mereka itu tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka kembali (kepada kebenaran)”. (Al-Baqarah: 17-18).



Label dan gelar yang dinisbatkan

Lembaran judul yang ada pada tulisan si Burung Hantu telah menandakan kalau mereka adalah manusia yang suka bergaya dan bermode yang mampu menipu orang lain namun hakekatnya mereka –Qattalahumullah- adalah penentang yang paling keras, Allah Ta’ala berkata:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَام [البقرة/204]

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal dia adalah penentang yang paling keras”. (Al-Baqarah: 204).

وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ [المنافقون/4]

“Dan jika kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum, dan jika mereka berkata, kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka, mereka itu adalah musuh yang sebenarnya, maka hati-hatilah dari mereka, Qaatalahumullah (Semoga Allah binasakan mereka), bagaimanakah sampai mereka dipalingkan?”. (Al-Munafiquun: 4).

Sudah merupakan sifat dan ciri khas para penentang adalah memberikan gelar dan label jelek kepada ahlussunnah yang gelar dan label jelek tersebut tidak ada pada ahlussunnah, prilaku mereka (para penentang itu) seperti yang ada pada kaum jahiliyyah terdahulu, yang mereka memberikan gelar dan label jelek kepada Ar-Rasul dan para shahabatnya. Kini muncul sosok manusia yang tidak dikenal jati dirinya yang sengaja menamai dirinya dengan Abdullah bin Abdirrahman –Qattalahullah- yang giat menebarkan fitnah serta menggelari dan memberikan label jelek kepada kami. Berhubung keberadaannya seperti itu maka pantas baginya untuk kami sebut dia sebagai seekor “Burung Hantu” yang sedang terbang untuk menyuarakan ucapan dan pemikiran para hantunya, maka pada lembaran ini kami katakan kepada si Burung Hantu: Bukanlah kamu yang pertama memberi gelar dan label jelek kepada kami, tapi telah banyak yang mendahuluimu, mungkin dari jaringan si Burung Hantu lebih banyak lagi menggelari kami seperti itu atau lebih ngeri dari itu, maka kami katakan kepada mereka semuanya sebagaimana yang dikatakan oleh Robb kami ‘Azza wa Jalla:

أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لَا يَعْلَمُون [البقرة/13]

“Ketahuilah bahwa merekalah orang-orang yang DUNGU akan tetapi mereka tidak mengetahui”. (Al-Baqarah: 13).

Begitupula si Maniso Saifullah Al-Jawiy Al-Hizbiy yang mukim di Ambon Manise pernah mengatakan kepada putra-putra Ambon yang ada di Dammaj sebagai pembuat kerusakan di muka bumi, maka kami katakan kepadanya sebagaimana yang dikatakan oleh Robb kami:

أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ [البقرة/12]

“Ketahuilah bahwasanya merekalah orang-orang yang membuat kerusakan akan tetapi mereka tidak menyadari”. (Al-Baqarah: 12).


LEMBARAN MUQADDIMAH YANG PERLU DIBERI CATATAN

Lewat muqaddimah tulisan si Burung Hantu Abdullah bin Abdirrahman ini diketahui bahwa dia adalah orang yang tidak berpegang teguh dengan As-Sunnah, dia tidak suka mengikuti sunnah, bukankah termasuk sunnah para Rasul adalah memulai tulisan mereka dengan Basmallah sebagaimana Allah Ta’ala kisahkan tentang nabi-Nya Sulaiman ‘Alaihis Salam ketika menulis surat kepada seorang Ratu:

إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ [النمل/30]

“Bahwasanya (surat ini) dari Sulaiman, dan bahwasaanya (pada surat ini terdapat): “Dengan nama Allah yang Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim”. (An-Naml: 30).

Dalam “Shahihain” dari Abdillah bin ‘Abbas –Radhiyallahu ‘Anhuma” beliau berkata: Telah mengkabarkan kepadaku Abu Sufyan bin Harb bahwasanya Hiraql meminta penerjemahnya, kemudian datang penerjemahnya dengan membawa surat Nabi –Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- lalu membacanya:

«بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مِنْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى هِرَقْلَ ، وَ ( يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ ) » الآيَةَ .

“Dengan nama Allah yang Ar-Rahmaan lagi Ar-Rahiim, dari Muhammad hamba Allah dan Rasul-Nya kepada Hiraql. “Wahai ahlal kitab kemarilah (kita berpegang) kepada satu kalimat yang tidak ada perselisihan diantara kami dengan kalian”. Al-Ayat.

Dan dalam “Shahih Muslim” dan “Musnad Ahmad” dari hadits Anas bin Malik -Radhiyallahu ‘Anhu- bahwasanya Rasulullah -Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- memerintahkan Ali bin Abi Thalib:

«اكْتُبْ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ».

“Tulislah: Dengan nama Allah yang Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim”.

Dengan melihat tidak adanya Basmallah dan Hamdallah pada muqaddimah tulisan si Burung Hantu ada yang berkata: Itu kemungkinan burung hantunya adalah Dzulqarnain bin Muhammad Sanusi Al-Maaliy Al-Makassariy, karena pernah murid Abdul Hakim Abdat membantah tulisan Dzulqarnain Al-Maaliy tentang masalah menggerakan telunjuk ketika tasyahud, sisi bantahannya diantaranya yang berkaitan dengan muqaddimah tanpa Basmallah dan Hamdallah.

Namun bagi kami untuk memastikan siapa sebenarnya si Burung Hantu itu? Maka kami tidak bisa memastikannya, yang jelas si Burung Hantunya itu dari kalangan hizbiyyin yang sudah kecanduan dosa yang dia bekerja sama dengan si Bandar Dosa. Bila ada yang mengatakan dengan kemungkinan: Itu adalah Dzulqarnain Al-Maliy (pemilik Yayasan AL-MAALIY: Yayasan Al-Markaz Al-Amal Al-Islamiy), atau Dokter Tolol Muhammad Faiq Sulaifiy atau Gelandangan Dungu Abdul Ghafur Al-Malangiy atau Abdussalam Al-Maniso (hizbiy yang mukim di Ambon) maka kami katakan: Allahu A’lam, yang jelasnnya mereka adalah sama-sama kelakuannya dan mendakwahkan hizbiyyah, mereka dan orang-orang yang seperti mereka dalam hizbiyyah moder’n ini sama prilakunya dengan Mbah mereka yang bernama Ubaid Al-Jabiriy, karena sudah merasakan nikmatnya menjadi dosen di Jami’ah Islamiyah Madinah dia pun butakan matanya dari melihat kemungkaran hizabiyyah di sana, yang pada akhirnya dia membela kemungkaran-kemungkaran tersebut dengan membabi buta, maka pantas kalau sekarang dia dilantik sebagai wisudawan yang berstatus sebagai guru besar atau Prof. Hizbiyyah Moder’n karena jasanya yang konyol.



Lembaran tentang Kelicikan dalam Pendalilan

Liciknya si Burung Hantu dalam upayanya untuk menebarkan kebatilan dan mengokohkan kemungkaran tidak tanggung-tanggung meluangkan waktunya sampai bulan suci Ramadhan Mubarak 1431 Hijriyah dia nodai dan kotori dengan kemaksiatannya dengan menulis tulisan jeleknya dalam mempertahankan kesesatan dan kejelekan, apakah karena dia berkeyakinan sedang memikul beban jihad (sebagaimana di Ambon dulu) maka tak mengapa berbuat JAHAT dan dosa di bulan suci Ramadhan Mubarak 1431 Hijriyah? Di dalam “Musnad Abi Ya’la” dan “Shahih Ibnu Hibban” dari hadits Abu Hurairah -Radhiyallahu ‘Anhu-, bahwa Nabi -Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- berdiri di atas mimbar lalu berkata:

آمِينَ، آمِينَ، آمِينَ، فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّكَ حِينَ صَعِدْتَ الْمِنْبَرَ، قُلْتَ: آمِينَ، آمِينَ، آمِينَ؟ قَالَ: إِنَّ جِبْرِيلَ أَتَانِي، فَقَالَ: مَنْ أَدْرَكَ شَهْرَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ فَدَخَلَ النَّارَ، فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ، قُلْ: آمِينَ، فَقُلْتُ: آمِينَ،

“Aamiin, Aamiin, Aamiin” Maka dikatakan: Wahai Rasulullah: Sungguh ketika di mimbar engkau berkata: Aamiin, Aamiin, Aamiin? Rasulullah berkata: “Sesungguhnya Jibril datang kepadaku, lalu berkata: Barang siapa mendapati bulan Ramadhan dan dia tidak diampuni baginya (dosa-dosanya) lalu dia masuk neraka, dan Allahpun menjauhinya maka katakanlah: Aamiin! Maka aku katakan: Aamiin”.

Maka dari hadits tersebut kecelakaanlah bagi si Burung Hantu yang jijik! Jika kamu merasa di atas kebenaran karena merasa sedang jihad membela pemikiran bejatmu maka Robb kami telah berkata:

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا (103) الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا (104) [الكهف/103، 104].

“Katakanlah: Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia amalannya dalam kehidupan dunia sedangkan mereka menyangka bahwa mereka dalam keadaan berbuat kebaikan”. (Al-Kahfi: 103-104).

Betapa banyak dalil-dalil yang si Burung Hantu mangsa dalam rangka mengenyangkan temboloknya, kalau sekolah (madrasah) seperti madrasahnya Luqman Jamal, Lc (iparnya Dzuul Maal) atau seperti madrasah Abdussalam Al-Maniso itu ada di zaman terdahulu maka tentu kita akan dapati kisahnya. Kalau hanya sekedar istilah “madrasah” sebagaimana yang dikemukan oleh si Burung Hantu yang jijik lagi hina maka apakah madrasah mereka ketika itu sama dengan madrasah yang sekarang ini? Apakah ada dari salaf bertingkah dan mempraktekkan sebagaimana yang dipraktekkan oleh para siswa dan mahasiswa seperti di zaman yang rusak ini? Atau kalau si Burung Hantu mengatakn bahwa para salaf menganjurkan atau bahkan memerintahkan untuk belajar ilmu kedokteran maka: Apakah Al-Imam Ibnul Qayyim –Rahimahullah- belajar ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan seperti yang dipelajari oleh Dokter Ahmaq Muhammad Faiq Sulaifiy? Atau ketika para salafush shalih melakukan praktek operasi atau membedah atau mengatasi pasien sama seperti yang dipraktekkan oleh Dokter Ahmaq Faiq dalam menikmati kemaksiatan memegang, menyentuh wanita bahkan Na’udzubillah….yang bukan perkara darurat? Maka tentu bagi orang yang tidak mau jadi burung hantu seperti orang-orang jahil itu tentu mengetahui dengan sangat jelas bahwa pendidikan atau istilah “madrasah” di zaman salafush shalih tidak bisa disamakan dengan sekolah atau istilah “madrasah” di zaman ini dan juga tidak bisa “madrasah” mereka dijadikan sebagai dalil untuk membela dan mempertahankan madrasah hizbiyyah yang sekarang ini.

وَمَا يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ (19) وَلَا الظُّلُمَاتُ وَلَا النُّورُ (20) وَلَا الظِّلُّ وَلَا الْحَرُورُ (21) وَمَا يَسْتَوِي الْأَحْيَاءُ وَلَا الْأَمْوَاتُ إِنَّ اللَّهَ يُسْمِعُ مَنْ يَشَاءُ وَمَا أَنْتَ بِمُسْمِعٍ مَنْ فِي الْقُبُورِ (22) [فاطر/19-22]

“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. Dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya, dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas, dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya Alloh memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya“. (Fathir: 19-22).

Dari metode pendidikan saja sudah beda, apalagi dari masalah cocok tidaknya dengan syariat maka tentu lebih beda, lebih-lebih lagi kalau meninjau para pemeran atau para pengasuhnya maka tentu sangat jauh perbedaannya:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ [الزمر/9]

“Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu”. (Az-Zumar: 9).

Telah jelas dan gamblang bahwa metode “madrasah” sekarang ini murni dari Barat yang kebanyakannya bertolak belakang dengan syari’at Islam, dan mereka (kaum kafir Barat) tidak sama dengan kaum mukminin dari berbagai macam segi pandang, begitu pula ibadah dan prilaku mereka dengan kaum mukminin berbeda, mereka penghuni neraka dan kaum mukminin penghuni surga, Allah Ta’ala berkata:

لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ [الحشر/20]

“Tidak sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga, penghuni-penghuni surga merekalah yang beruntung”. (Al-Hasyr: 20).

Para hizbiyyin kali ini memang benar-benar KETAGIHAN dengan apa yang ada di balik slogan “madrasah” yaitu “MONEY” sehingga dengan setengah mati bahkan mati-matian membela madrasah di atas slogan mereka yang rendah.